Mohon tunggu...
Jery Henuhili
Jery Henuhili Mohon Tunggu... -

A senior management consultant, dedicating life to improve productivity.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dua Mangkuk Kaca

29 Juli 2010   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba ambil dua mangkuk kaca yang bentuknya menyerupai setengah bola, dan letakkan keduanya di atas lantai. Dan coba gerakkan mangkuk-mangkuk tersebut sejauh 2 meter. Apakah anda dapat melakukannya? Tentu saja bisa. Namun, coba lihat sisi bawah yang berkontak dengan lantai. Apakah ada goresa-goresan halus di sana? Mungkin tidak. Namun bila kita lakukan secara terus menerus, tentunya akan muncul goresan-goresan yang semakin lama semakin banyak, yang mungkin dapat beresiko pecahnya mangkuk kaca tersebut.

Sekarang, coba tangkupkan kedua mangkuk kaca tersebut dan satukan dengan menggunakan selotip atau duct tape. Kini kita memiliki sebuah bola kaca yang bisa digelindingkan dengan mudah. Dan sekarang coba gelindingkan bola tersebut sejauh 2 meter. Apakah bola tersebut mencapai jarak 2 meter? Tentu saja, bahkan bola kaca tersebut akan menggelinding terus melampaui batas 2 meter hingga berhenti dengan sendirinya.

Hikmah yang dapat ditarik dari aktivitas di atas adalah bahwa secara umum manusia memiliki dua sisi berbeda dalam melakukan pekerjaan. Sisi yang satu merupakan sisi teknis. Di sanalah terdapat segala skill, kemampuan, keterampilan teknis berada. Ilmu, pengetahuan, pengalaman kerja, semua berada di sisi ini. Sisi yang satu lagi merupakan sisi taktis. Disinilah terdapat semangat kerja, motivasi, keinginan untuk maju, ambisi, moral, dan lain sebagainya.

Namun, sayangnya, pada umumnya orang hanya berfokus pada sisi taktis saja. Training-training teknis, mengirim karyawan ke luar negeri untuk belajar di kantor pusat mengenai hal-hal teknis, mengundang staff ahli dari para vendor untuk memberi pelatihan, dan lain sebagainya. Dan lebih sayangnya lagi, para atasan cenderung untuk mengatakan hal serupa, "Kamu kan sudah ditraining, kenapa masih tidak bisa juga, sih?".

Singkat kata, kita melupakan bahwa manusia juga butuh dimotivasi, disemangati dan dibantu untuk memiliki rasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya. Tentu saja seorang karyawan dituntut untuk dapat memotivasi diri sendiri, dan meningkatkan rasa percaya dirinya sendiri. Namun, tetap saja perlu ada usaha dari luar - khususnya para atasan - untuk menjaga semangat kerja karywannya tetap baik, dan mau melakukan pekerjaannya sehari-hari dengan baik.

Berfokus hanya pada satu sisi manusia adalah seperti pada saat kita menggeser mangkuk kaca tersebut di atas lantai. Apakah karyawan kita dapat mencapai target-targetnya bila kita memberi training intensif mengenai hal-hal teknis kepadanya? Tentu saja bisa. Namun, tanpa adanya usaha untuk menjaga semangat kerja, akan muncul "goresan-goresan" pada diri manusia tersebut, yaitu rasa jenuh, lesu, meningkatnya frekuensi kesalahan, kemurungan, dll.

Akan lebih baik bila kita memberi pelatihan teknis kepada karyawan kita untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mereka, dibarengi dengan usaha-usaha yang dapat meningkatkan semangat kerja, menjalin hubungan atasan-bawahan yang baik, saling mendukung dan saling menolong. Niscaya karyawan kita akan mencapai target-target mereka, bahkan akan "menggelinding" lebih jauh dari yang diharapkan. Mereka akan bersemangat untuk memberikan lebih kepada organisasi di mana mereka bekerja.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun