Mohon tunggu...
Bahasa

Bahasa Jaksel dan Korean Wave: Cerminan Penggunaan Bahasa di Kalangan Anak Muda Indonesia

14 Mei 2019   16:10 Diperbarui: 14 Mei 2019   16:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Tanpa mempelajari bahasanya sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri."

--- Pramoedya Ananta Toer

            Kutipan dari sastrawan legendaris di atas setidaknya cukup untuk menggambarkan keadaan di negeri kita sekarang ini, khususnya pada kalangan muda-mudi. Penggunaan Bahasa Indonesia sedikit luntur lantaran dicampur aduk dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Parahnya lagi, para remaja dewasa ini lebih gemar mempelajari bahasa dari negara lain ketimbang memperdalam ilmu bahasa negerinya sendiri. Paradigma yang terjadi sekarang ini adalah lebih bangga berkomunikasi dengan bahasa asing ketimbang dengan Bahasa Indonesia sendiri.

            Salah satu contoh kasus yang pernah menghangat adalah kasus bahasa anak jaksel. Mungkin bagi sebagian lapisan masyarakat menganggap hal tersebut sebagai satu hal lucu mengundang tawa. Namun, apabila kita selisik lebih jauh, hal tersebut sangatlah memprihatinkan. Para generasi muda seakan mencontohkan suatu sikap tidak cinta tanah air dengan mencampur penggunaan bahasa sehari-hari mereka dengan kata-kata dalam Bahasa Inggris. Basically dan literally sudah menjadi santapan sehari-hari dalam fenomena bahasa jaksel ini.

            Contoh lain yang sampai saat ini masih menghangat di kalangan anak muda adalah korean wave. Anak muda zaman sekarang lebih banyak memilih berkiblat pada Korea Selatan dikarenakan mereka terbawa oleh korean wave. Khususnya dalam media sosial, banyak dari mereka berbondong-bondong menunjukkan kemampuan berbahasa Korea mereka. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka apabila bisa merangkai huruf hangul hingga sedemikian rupa. Bukankah hal tersebut sangat memprihatinkan?

            Apabila ditelaah lebih jauh, kecintaan anak muda pada bahasanya sendiri Bahasa Indonesia mulai menurun. Selain dapat dilihat dari dua contoh kasus di atas, hal tersebut juga dapat terlihat pada sentimen miring yang diberikan kepada mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Kalau sudah lulus mau jadi apa? Sekiranya seperti itulah pendangan mereka terhadap dunia kebahasaannya sendiri. Padahal, bukankah itu tugas kita sebagai generasi muda untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun