Mohon tunggu...
Jeri Santoso
Jeri Santoso Mohon Tunggu... Nahkoda - Wartawan

Sapiosexual

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Martin Mantan Pecandu Narkoba, Semangat Gandhi, Sampai Papua Lagi

31 Agustus 2019   17:43 Diperbarui: 31 Agustus 2019   18:41 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: theatlantic.com

Gerak-tindak Gandhi konsekuen dengan keyakinan dan ucapan-ucapannya. Tidak banyak pemimpin masyarakat, dan hanya sedikit pemimpin politik abad ini yang pribadinya bisa tampil sebagai 'kekuatan moril' sehingga mampu menumbuhkan inspirasi yang berdaya-gerak bagi jutaan manusia lainnya, khususnya manusia sebangsa, seperti halnya Mahatma Gandhi.

Sebaliknya, kebanyakan mereka itu pandai bicara, pandai menganjurkan, mahir menyusun kata-kata mutiara dan menggantungkan cita-cita setinggi langit, tetapi tindakan mereka, praktek-praktek mereka dalam kehidupan sosial dan permainan mereka di bidang politik, ternyata diametral bertentangan dengan apa yang mereka dengung-dengungkan. 

Inilah sebabnya anjuran menjadi mandul, cita-cita yang mereka kumandangkan menjadi terasa hampa, dan pidato-pidato mereka menjadi seperti ocehan pelawak di panggung pertunjukan.

Berdasarkan pendiriannya bahwa "hidupku merupakan satu kesatuan yang tak terpecah-pecah"lah Gandhi selalu berusaha menyelaraskan tindak-geraknya dengan keyakinan yang dianutnya. 

Papua adalah cerita memilukan setelah kita melalui serangkaian pesta demokrasi. Tidak ada jalan lain selain rekonsiliasi dan saling memaafkan. Aksi demonstrasi yang ditandai oleh beberapa tindak kekacauan adalah bentuk protes masyarakat Papua atas pukulan moral yang diterima oleh mahasiswa-mahasiswa Surabaya. 

Terlalu lama kita hidup dalam bayang-bayang rasisme, menganak-cucukan sebagaian kelompok masyarakat. Mereka adalah orang-orang tak berdaya.

Semangat Gandhi untuk menyatukan perbedaan adalah teladan paling mulia. Orang-orang hebat bangsa ini butuh pengalaman moral untuk menjiwai kehidupan orang-orang kecil. Turut merasakan bagaimana depental dari hiruk-pikuk masyarakat, distigma dengan caci maki yang tak bermartabat. Semua ini ironi dalam negeri.

Ada satu prinsip teguh Gandhi yang mendasari gagasan-gagasannya, yaitu: humanitas atau perikemanusiaan. Dari titik tolak inilah bisa dimengerti misalnya, ajaran tokoh India itu mengenai nonviolence-gerakan untuk tidak menggunakan kekerasan, verbal maupun non verbal. Kekuatan perjuangan manusia harus disumberkan pada kebenaran dan cinta kasih. 

Menjadi hebat tidak cukup dengan orasi dan celotehan sana-sini. Hebat yang benar-benar hebat adalah hidup menjadi saudara, sebangsa dan se-bhineka tunggal ika. Mari kita membangun semangat-semangat Gandhi dalam negeri dan mengkawal keluar rasisme yang memecah-belah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun