Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi adalah Kita

8 Mei 2018   23:10 Diperbarui: 8 Mei 2018   23:20 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedekatan Presiden Jokowi dengan para mahasiswa asal Papua di Wellington, Selandia Baru. Sumber: repro dari https://www.youtube.com/watch?v=OE72Of7w-nE

Telah ada banyak tulisan, ulasan, reportase dan opini yang menggambarkan kedekatan hubungan Presiden Joko Widodo dengan rakyatnya. Semua memotret tidak hanya gaya bicara, gerak tubuh, pilihan kata, pakaian, makanan kegemaran, atau penghayatan hidup sederhana yang dipraktikkan Jokowi yang memang mengkarakterisasi kehidupan masyarakat, tetapi juga beberapa sifat dasarnya seperti keceriaan, spontanitas, kelucuan yang cenderung mengarah ke keluguan.

Saya baru saja menonton sebuah video pendek keceriaan Presiden Jokowi dan Ibu Negara ketika berbincang-bincang dengan para mahasiswa Papua yang sedang belajar di Wellington, Selandia Baru. Video berita yang dipublikasikan Biro Pers, Media dan Informasi (BPMI) pada tanggal 19 Maret 2018 dan yang telah ditonton lebih dari 200 ribu kali itu memang menggambarkan betapa dekatnya Presiden Jokowi dengan para mahasiswa. Suasananya sangat santai, cenderung cair, penuh canda-tawa, spontan, dan segar. Meskipun para mahasiswa asal Pulau Cenderawasi itu memuji habis Presiden Jokowi sehingga dapat menimbulkan kesan rekayasa dan pencitraan, kedekatan yang diperlihatkan Jokowi, bagi saya, justru tidak mengesankan hal semacam itu.

Sebenarnya ada banyak sekali video, peliputan, dan foto yang menunjukkan kedekatan hubungan Jokowi dengan rakyatnya. Di satu waktu kita bisa menyaksikan Jokowi berjalan tanpa beban di sepanjang pematang sawah dan menyapa para petani yang sedang membetulkan saluran air sungai. Di lain waktu, Jokowi tampak minum teh atau kopi dengan pedagang kecil, makan ikan dengan para nelayan, atau menjamu para Menteri di restoran-restoran sederhana dan dikerumuni warga. Ada ratusan atau mungkin ribuan potret tentang hal ini.

Pro Kontra

Tidak semua orang setuju dengan tuturan saya ini. Tidak jarang, para lawan politik selalu membaca setiap gerak Jokowi sebagai  politik pencitraan. Ada yang bahkan tidak hanya mengatakan itu sebagai politik pencitraan "ndeso" yang tidak akan laku di Pilpres 2019. Kalau pun kubu Jokowi menolak setiap pergerakan dan komunikasi Jokowi sebagai pencitraan, kesan pencitraan memang sama sekali tidak bisa dilepaskan dari sana. 

Bahkan ada yang mengatakan bahwa memang penggunaan media sosial sebagai medium baru berkomunikasi dengan rakyat tidak bisa dipisahkan dari kesan itu, tetapi pencitraan yang dimaksud justru adalah sebuah pencitraan yang positif dalam arti kemampuan komunikasi yang memperkuat branding, meningkatkan citra diri positif dan membawa pesan-pesan kebangsaan yang kuat.

Pro dan kontra soal ini akan selalu muncul, terutama menjelang Pilpres 2019. Saya tidak ingin masuk ke perdebatan itu. Saya hanya ingin mengomentari tuduhan pencitraan yang lebih negatif sambal menunjukkan bahwa tuduhan itu tampaknya keliru jika perhatian kita diarahkan kepada sifat-sifat yang ditunjukkan Jokowi ketika berhadapan dengan rakyat, terutama sifat spontanitas. Dengan begitu, saya ingin mengatakan bahwa sifat spontanitas menjadi fakta yang menolak tuduhan bahwa Jokowi sedang membangun politik pencitraan (secara negatif) demi memenangkan kontestasi Pilpres 2019.

Sikap spontan Jokowi setiap kali bertemu dan berkomunikasi dengan rakyat menyulitkan kita untuk menyimpulkannya sebagai pencitraan. Sumber: http://kaltim.tribunnews.com/2018/02/09/hujan-deras-dan-becek-jokowi-tetap-blusukan-ke-sawah
Sikap spontan Jokowi setiap kali bertemu dan berkomunikasi dengan rakyat menyulitkan kita untuk menyimpulkannya sebagai pencitraan. Sumber: http://kaltim.tribunnews.com/2018/02/09/hujan-deras-dan-becek-jokowi-tetap-blusukan-ke-sawah
Renee Emunah dalam bukunya (1994) mengatakan menjelaskan kata "spontanitas" secara bagus dan dapat membantu memahami argument saya. Bagi Emunah, "spontanitas" yang berasal dari kata Bahasa Latin "sua spontanea" itu mengandung pengertian "one's own free will or accord, coming from within". 

Dari pengertian etimologis inilah Emunah kemudian mengatakan bahwa seseorang yang spontan itu adalah orang yang saya memiliki kontak dengan dan senantiasa bertindak berdasarkan hasrat-hasrat yang timbul dari kedalaman dirinya, dan ini yang menyebabkan seluruh tindakan dan perilakunya itu jauh dari kesan berperilaku atau bertindak demi memenuhi ekspektasi orang lain. Tanpa spontanitas, lanjut Emunah, orang tidak akan mampu bertindak pada suatu kesempatan kini, karena dia akan terikat dan terpasung dengan masa lalunya, dan yang menyulitkannya untuk menatap masa depan dengan penuh harapan (Emunah, 1994, 35).

Sejalan dengan Emunah, pemikir lain seperti Mark Widdowson (2009) juga menegaskan hal yang kurag lebih sama. Bagi Widdowson, spontanitas adalah watak atau karakter yang membuat seseorang menjadi pribadi yang penuh rasa ingin tahu, suka berpetualang demi mencari pengalaman baru, dan yang cenderung mengalami dunia sebagai suatu kesempatan baru yang terus-terus berproses. Dan itu menuntut orang memiliki apa yang disebutnya sebagai keterbukaan kepada pengalaman dan usaha untuk mencoba sesuatu yang baru dalam cara yang baru.

Bukan Pencitraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun