Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Money

AlwaysOn Kalahkan Jarak, Jelas Terasa Sedaapnya "Critical Margin"

8 Juli 2020   16:04 Diperbarui: 8 Juli 2020   16:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram Regina Sutanto

Dalam istilah ilmu bela diri di Jepang, dikenal yang namanya "Yoyu". Makna dari "Yoyu" adalah persaingan seujung rambut. Ajarannya secara filosofis adalah semakin dekatkan jarak antara kita dan lawan dalam setiap pertempuran. Maka akan ada semakin banyaknya kesempatan untuk mengalahkannya. 

Begitupula tontonan olahraga seperti MotoGP. Sangat membosankan apabila pembalap di urutan pertama telah jauh meninggalkan lawan-lawannya. Sang pemenang telah hampir pasti diketahui. 

Belum lagi adanya satu atau dua pembalap yang mampu menjadi dominan dalam setiap seri MotoGP. Namun semua itu akan sangat berbeda dan menjadi seru saat ditentukan oleh yang namanya "critical margin" alias celah kritis.

Kenny Dalglish mengantarkan Liverpool meraih trofi EPL pada tahun 1990. Setelah berpuasa hingga 30 tahun, Liverpool dibawah asuhan Jurgen Klopp mmampu menuntaskan dahaga akan trofi EPL pada tahun 2020 ini. 

Liverpool juara dengan masih menyisakan 7 laga sisa. Sebuah rekor, namun pastinya akan mengurangi keseruan para pemirsa setianya hingga berakhirnya musim kompetisi.

Hal ini sangat jauh berbeda kala Manchester United (MU) harus gigit jari pada musim EPL 2011-2012. Dari sisa sembilan laga, mereka di puncak klasemen dan unggul delapan poin dari tetangga berisiknya Manchester City. Namun tetangga berisiknya berhasil mengkudeta dari posisi puncak klasemen pada pekan ke-36 dalam sebuah derby prestisius. Skor 0-1 berakhir bagi kemenangan City.

Pekan ke-38  yang menjadi pertandingan terakhir, Manchester United sukses mengalahkan Sunderland lewat gol tunggal Wayne Rooney di menit ke 20. Sementara Manchester City menghadapi Queen Park Rangers. City sempat unggul lewat gol Pablo Zabaleta (39'). QPR mampu membalikkan skor 2-1 melalui gol Djibril Cisse (48') dan James Mackie (66').

Pertempuran menegangkan terjadi di injury time, dengan hadirnya dua gol tambahan City dari Edin Dzeko (92') dan Sergio Aguero (94'). Skor dramatis 3-2 menjadi milik City.

Kedua tim kota Manchester tersebut meraih total poin sama yakni 89. Namun Manchester City yang dinobatkan sebagai juara EPL. Sebuah persaingan yang sangat seru dan ditentukan oleh "critical margin".

Sementara dalam persaingan bisnis, teori konservatif yang berlaku adalah kita dianjurkan untuk membuat jarak yang sejauh mungkin dengan kompetitor. Kecil kemungkinan kita akan dapat dikejar oleh kompetitor ketika adanya jarak persaingan yang sangat jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun