Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Money

Hebatnya UKM Menghadapi D-VUCA-D

3 Juli 2018   16:18 Diperbarui: 3 Juli 2018   18:43 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Henry C Widjaja (kiri) didampingi oleh Regina Okthory (kedua kanan) dan Ida RM Sigalingging (kanan) di Galeri YDBA [Foto: JeprerPotret]

Naik kelas dan usaha yang awet berkelanjutan, pastilah merupakan dambaan setiap pelaku usaha di negeri tercinta ini. Apalagi bagi pelaku usaha di sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Perubahan global yang semakin cepat, diperlukan pemahaman tentang pentingnya fenomena D-VUCA-D. Wah, wah, istilah keren apaan tuh?

Singkatan dari Disruption-Volatility (mudah berubah), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), Ambiguity (ambiguitas) -Diversity (keberagaman). Istilah yang mungkin akan semakin membingungkan para pelaku UMKM, khususnya yang nafas roda ekonominya masih senen kemis.

Selama ini dalam berbisnis, fokus selalu diarahkan bagaimana membuat produk, mengelola karyawan, strategi penjualan dan pemasaran menghadapi kompetitor, serta layanan pelanggan. Dalam memandang kompetitor, kini tak hanya melihat pesaing langsung yang menjual produk yang sama. 

Tentu saja bagi produsen televisi, apakah pernah terpikirkan justru produsen ponsel pintar-lah yang membuat banyak orang mengurangi waktu menonton televisi. Oh ternyata, masih ada hal lain yang harus dicermati. Namanya adalah Perubahan. Situasi yang cepat berubah diakibatkan adanya pertukaran informasi yang cepat dalam berbagai aspek. Perubahan ini menimbulkan ketidakpastian. 

Enterpreneur Zaman Now harus pula responsif terhadap perilaku pelanggan yang semakin sulit ditebak keinginannya. Maka dibutuhkan pola berdiri sejajar dengan menjadikan pelanggan bagaikan seorang sahabat. Dengan karakter komitmen kuat, siap gagal dan berani ambil risiko, kreatif membaca keinginan pasar, maka tidak perlu takut dan bingung dalam menghadapi era ketidakpastian akibat perubahan yang tak pasti. 

Tapi bagi UMKM mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), selalu tak ada kata berhenti untuk sesuatu yang layak diperjuangkan. Hebatnya UKM mitra YDBA, tak terlepas dari berbagai macam program pelatihan (training) yang dilandasi semangat PDCA (Plan, Do, Check, Action) dan Kaizen. 

Gambar: Presentasi YDBA
Gambar: Presentasi YDBA
Pengembangan Hebatnya UKM dari YDBA, dilakukan dalam sebuah ekosistem. Pastinya ada pertanyaan, mengapa harus ekosistem? YDBA tidak ingin berjalan sendirian, agar dalam ekosistem ini dapat saling terkait dan saling menguntungkan. 

"Dalam ekosistem pengembangan UMKM mitra YDBA, ada tiga yang terlibat yakni YDBA, UMKM dan Grup Astra beserta jaringannya," kata Ardam Rafif Trisilo (Value Chain Staff YDBA), saat acara Berbuka Puasa YDBA bersama Media & Blogger pada 7 Juni 2018 lalu di Galeri YDBA Sunter Jakarta Utara.  

Dalam ekosistem ini, YDBA memiliki metoda (pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran dan pembiayaan), SDM (pembicara, instruktur, mentor yang berasal dari eksekutif, karyawan aktif dan pasca karyawan Grup Astra), ekosistem digital (website, e-catalog, video edukasi, blog, majalah), infrastruktur (galeri, cabang/Lembaga Pengembangan Bisnis, institusi jasa keuangan mikro) dan jaringan kerja (Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi & UMKM, BUMN & Swasta, Organisasi Internasional seperti HIIDA Jepang, institusi pendidikan tinggi kerjasama Magister Manajemen UI).  

Sementara UMKM yang dalam kondisi memiliki sumber daya yang terbatas, oleh YDBA mendapatkan pengembangan program mentalitas dasar dan sistem manajemen. Ini untuk memastikan UMKM dapat mandiri dengan program sektor unggulan, serta memiliki pengetahuan dan keahlian produksi sesuai standar industri Astra. 

Dari sisi Grup Astra dan jaringannya, memiliki SDM (karyawan aktif maupun telah pasca karyawan, fasilitas pusat pelatihan, rantai pasok / supply chain, standar QCDI (Quality, Cost, Delivery, Innovation). Sinergi antara YDBA dengan Grup Astra, dapat dilakukan melalui ayah angkat (faster father) dan income generating activity (IGA) project. 

Hubungan saling menguntungkan antara UMKM dan Grup Astra, dengan terlibatnya UMKM dalam layanan pasokan material produksi. UMKM dapat pula sebagai pelanggan bahan baku produk-produk Astra sesuai. Tak hanya sekedar itu saja, para UMKM akan dapat menjadi duta penguatan nama Astra ke khalayak umum. 

Kemudian dari pihak YDBA melakukan pengembangan pelatihan manajemen bagi UMKM, dengan berbagai level seperti:

  1. StartUp (basic mentality & enterpreneurship mindset), 
  2. Beginner (standard quality improvement), 
  3. Intermediate (improvement for competency & capability: intermediate technical training, HRD training, market facilitation, financing facilitation, post training supervision, SME community & forum), 
  4. Upper-Intermediate (operational excellence: advanced technical training, advanced HRD training, ISO certification coaching, market facilitation, financing facilitation, post training supervision, SME community & forum), 
  5. Self-Reliant (perfomance audit, leverage quality - productivity - profitability, community of practices, benchmarking visits & best practice sharing, management development, leadership & succession planning).

Pengembangan pelatihan oleh YDBA dilakukan oleh 11 Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Untuk mempercepat kemandirian UMKM, maka program sektor unggulan menjadi ujung tombak mewujudkan sejahtera bersama. 

LPB yang merupakan cabang dari YDBA, mengajukan proposal pembentukan sektor unggulan dengan terdapat minimal tiga UMKM sebagai pilot. Ketika disetujui, maka segera mencari ayah angkat yang memang merupakan perusahaan yang sedang membutuhkan supplier alternatif. Kemudian dilakukan pembinaan manajemen secara intensif, agar produk UKM sesuai standar QCD dan memenuhi standar ayah angkat. 

Pembinaan berkelanjutan bagi UMKM Pilot, sebagai row model bagi UMKM yang baru bergabung. Ini merupakan pilar pembinaan menuju kemandirian dalam mengatur pembagian order ke UMKM baru. YDBA juga memfasilitasi pembentukan koperasi, terutama dalam model bisnis dan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan serta sejahtera bersama. Fasilitas dari koperasi antara lain penguatan nama dagang (branding), pengadaan, logistik dan pemasaran digital. Ketika koperasi telah dapat sebagai unit bisnis mandiri, maka YDBA terlibat sebagai reviewer PDCA. 

Gambar: Presentasi YDBA
Gambar: Presentasi YDBA
"Salah satu sektor unggulan yakni manufaktur logam di wilayah Tegal, terbentuknya berawal dari masa redup industri alat berat yang terkait suramnya industri pertambangan di Kalimantan," ungkap Edison Monoarfa (Kepala Departemen Pengembangan YDBA). 

Saat itu UMKM manufaktur logam di Tegal, turut terdampak dengan tak dapat menyuplai material kebutuhan industri alat berat di Kalimantan. Kemudian YDBA berkolaborasi dengan Astra Honda Motor (AHM), menawarkan pada industri kecil menengah (IKM) tersebut untuk dapat terlibat sebagai rantai pasok komponen sepeda motor bagi kebutuhan AHM melalui beberapa first tier-nya. 

Dari 7 IKM yang ditawarkan, terlebih dahulu diikutkan masa magang pada empat 1st-tier AHM. Akhirnya 4 IKM bersedia bergabung dan menjadi 2nd-tier bagi 1st-tier AHM. Mereka tentunya mendapatkan pelatihan dan pendampingan sistem manajemen. Produk komponen R2 yang awalnya dapat dibuat oleh IKM Tegal adalah pipe brake dan rod brake. Pemenuhan QCD dalam KPI 2018 adalah order harus terpenuhi 100%, dengan standar kualitas harus 1% reject rasio-nya dan biaya produksi dengan HPP per produk sebesar 90%.

Keempat IKM pionir ini akan menjadi pilot bagi IKM yang baru bergabung kedepannya. Tak hanya naik kelas namun dapat awet berkelanjutan, akan terbentuk koperasi bagi wadah IKM agar mencapai kemandirian. Direncanakan anggota dapat mandiri dalam pengadaan material serta penjajakan dengan pelanggan baru. 

Sektor unggulan yang dikembangkan oleh YDBA, adalah untuk membentuk komunitas UKM yang guyub dan dapat bekerjasama mencapai kesuksesan dengan tangan sendiri untuk dapat bertahan dalam menghadapi tantangan dunia usaha.

"Karena kami percaya, telur yang pecah dari dalam akan kuat lebih lama bertahan menjadi anak ayam, dibandingkan telur yang dipecahkan (dari luar) hanya akan berakhir menjadi telur dadar di penggorengan," ungkap Henry C Widjaja (Ketua Pengurus YDBA), yang turut hadir didampingi Ida RM Sigalingging (Sekretaris Pengurus YDBA), Regina Okthory (Bendahara Pengurus YDBA), beserta segenap jajaran tim YDBA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun