Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Konten Kearifan Lokal, Kekuatan Perfilman Nasional di Kancah Global

28 Mei 2017   16:09 Diperbarui: 28 Mei 2017   16:42 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pikiran-Rakyat.com

Film yang mengandung muatan kearifan lokal, dapat dijadikan alat tangkal penetrasi kebudayaan asing maupun sebagai media propaganda. Dahulu meskipun cerita film telah ada unsur budaya dan kearifan lokal, dapat dilarang beredar maupun tak dapat diproduksi karena dianggap  propaganda yang tak sesuai kebijakan pemerintah. 

Pemerintah dalam mengembangkan dunia industri perfilman nasional, cukup dengan memberikan kemudahan berbagai perizinan serta insentif perpajakkan yang memberatkan sebuah produksi film. 

Sementara untuk pengembangan SDM perfilman nasional, pemerintah dapat membuat pelatihan kompetensi teknis bagi kru film, penulisan bagi jurnalis film, peningkatan kesadaran penonton film dalam mengapresiasi sebuah karya. 

Pelatihan seperti diatas akan lebih berguna ketimbang memaksakan membiayai produksi sebuah film yang hanya asal tercatat bahwa sebuah lembaga telah membuat film. 

Perkembangan menakjubkan film pendek & dokumenter dari generasi muda pembuat film (filmmakers) yang masih pelajar SMP dan SMK, inilah yang patut dibantu oleh pemerintah dalam penyediaan anggaran pelatihan, produksi hingga peredaran film. Film dokumenter merupakan wujud cerminan keadaan masyarakat saat film dibuat.

Semakin banyak dan adanya peningkatan mutu film, maka semakin kuat upaya pelestarian kearifan lokal. Dalam realita perkembangan modern ini, dipastikan ada adaptasi dari sebuah kearifan lokal. Namun adaptasi kearifan lokal ini tidak berarti dapat begitu saja dipengaruhi oleh kebudayaan asing. 

Sementara itu Ahmad Syaikhu menceritakan pengalaman dalam melihat langsung produksi beberapa film termasuk Boven Digoel. Syaikhu yang mengenal baik sang bapak Daryono dan sang anak Wicaksono Wisnu Legowo yang memproduksi film "Turah" (2016), mengatakan sempat ada pertentangan keduanya dalam penggunaan bahasa Jawa Ngapak Tegal dalam dialog film. Adegan film yang kental logat Tegal ini, sarat muatan vulgar seks dan kekuasaan. Realita ini memang hidup ditengah lapisan masyarakat terbawah yang merasa banyak kehilangan pengharapan.     

Ketika ikut dalam menyaksikan produksi film Boven Digoel, Syaikhu melihat sang aktris Christine Hakim yang sangat apresiasi atas semangat para warga lokal Papua  dapat cepat memahami naskah skenario serta dengan kemampuan akting yang sangat natural. Adat lokal Papua sangat menghormati wanita hamil, yang mengharuskan steril dalam batas-batas tertentu. Ini yang menjadi tantangan tim produksi film dalam menyelaraskan  

Sambutan luar biasa penayangan di bioskop dengan penambahan layar, serta dalam masa tayang hingga satu bulan lamanya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat seolah tengah berpesta merayakan dimulainya kebangkitan film Papua. 

Maman Wijaya [Foto:JEPRETPOTRET]
Maman Wijaya [Foto:JEPRETPOTRET]
Maman Wijaya menjelaskan bahwa ada sebuah bahaya yang tak disadari yaitu masuknya unsur budaya asing secara damai tanpa perlu paksaan maupun sebuah hegemoni. Tanpa disadari dapat masuk ketika adanya interaksi dalam frekuensi tertentu seperti saat nonton film bioskop, mengikuti seminar, mengakses internet dan jurnal internasional. Penetrasi budaya asing (Barat) yang masif dan sistematis tak hanya melalui film bioskop, namun juga melalui layar kaca televisi hingga bisa dinikmati di dalam kamar tidur. 

Maman melihat film Boven Digoel itu merupakan contoh konkret kearifan lokal diangkat dalam sebuah film, yang benar-benar dihadirkan secara nyata di hadapan kita. Menurut para ahli dikatakan bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang yang baik. Pikiran moderat menghadapi infiltrasi adalah bagaimana sebuah konten lokal dapat go internasional.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun