Mohon tunggu...
Jentar Samosir
Jentar Samosir Mohon Tunggu... Human Resources - Propesional Literasi sekolah

Solusi pemecahan masalah jika kita rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Langkah Menuju Literasi Sekolah

5 November 2019   12:20 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:09 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Angin segar dunia pendidikan mulai terhembus di saat peluncuran gerakan literasi sekolah yang sudah dicanangkan mantan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud ) Anies Baswedan, pada bulan agustus tahun 2015 lalu. GLS (Gerakan Literasi Sekolah) sebagaimana yang dituangkan dalam PERMENDIKBUD Nomor 23 Tahun 2015,  salah satu diantara kegiatannya yaitu tentang  "mewajibkan 15 menit membaca buku pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. " Gerakan Literasi Sekolah ini bertujuan untuk memupuk kebiasaan dan memotivasi para siswa agar mampu  menumbuhkan budi pekertinya melalui membaca, siswa juga dibiasakan untuk memahami apa yang dibacanya. Yang diantaranya dibiasakan dengan cara untuk menulis dengan meringkas, menceritakan ulang maupun mengembangkan cerita yang mengasah kreativitas mereka.

Gerakan literasi yang mulai terintegrasi  pada sistem pendidikan nasional menjadi batu loncatan besar terhadap kepedulian pemangku kebijakan negeri ini mengenai  pentingnya membaca.  Mengingat budaya baca kita (pelajar) di Indonesia dibandingkan pelajar negara lain, budaya bacanya sangat memprihatinkan sekali, Hal ini terlihat dari setiap hasil PISA, tingkat literasi membaca kita menempati  urutan paling bawah. Untuk itulah dengan terbitkan Permindikbud tentang GLS, ini diharapkan para siswa sebagai generasi penerus bangsa ini sudah selayaknya kedepan harus mampu memiliki tingkat literasi yang tinggi dalam menguasai informasi, pengetahuan dan tehnologi agar menjadi generasi yang unggul dan kompetitip.

Untuk  menumbuhkembangkan  kebiasaan membaca tentu akan lebih mudah dicapai jika dilakukan sejak dini, yang dimulai dari linkungan keluarga menjadi bekal pertama bagi siswa untuk membentuk kebiasaan yang akan menjadi karakter pribadi. Selain itu disekolah menjadi tempat yang strategis dalam menumbuhkan budaya literasi, karena sejak dini anak sudah memasuki dunia sekolah. 

Model pendidikan dengan melibatkan kegiatan literasi tentu akan menjadi keteladanan bagi siswa dalam menumbuhkan kebisaan membaca mereka . Banyak hal tentu saja yang perlu diperhatikan untuk mendukung upaya ini, namun usaha dan komitmenlah yang akan menjamin kesuksehan literasi.Akses sumber informasi akan menentukan pengetahuan yang akan siswa kuasai sehingga perpustakaan sekolah akan sangat berperan sebagai pusat pengetahuan siswa.

Grilnya literasi teerdengar semarak didideklerasikan oleh Wali kota Surabaya "Tri Rimaharini pada tahun 2014.Deklerasi

"Surabaya Kota literasi"bertujuan menumbuhkan budaya literasi ( membaca dan menulis  sebagai bentuk peningkatan pendidikan masyarakat yang mampu menetaskan masalah kemiskinan.Dengan masyarakat berliterasi  diharapkan akan mampu mencetak SDM berkwalitas dan mampu bersaing secara global.Kebijakan pun diambil tegas dengan memasukkan budaya literasi ke dalam kurikulum-13 yang wajib diterapkan di sekolah SD hingga SMA. 

Menarik menyimak program=proram yang di jalankan di kota surabaya seprti rutin membaca rutin di sekolah,program tantangan membaca, seminar dan pelatihan tentang membaca rutin disekolah, kontes membaca,perpustakaan kelas, satu siswa buku,perpustakaan kelas, satu siswa satu buku, program jumpa penulis, berbagai cerita, dan menuliskan cerita sendiri

REFLEKSI GERILNYA LITERASI

Sekolah yang pertama bagi anak adalah seorang ibu sejak ia dikandung hingga dilahirkan dimuka bumi.Ibu merupakan pusat pengetahuan yang menjadi akses informasi bagi anak dalam mengenal berbagai hal baru,Ibu sebagai panutan anak mengenal,  sudah sewajarnya mewariskan kebiasaan-kebiasaan baik salah satunya membaca.

Budaya literasi paling efektif digerakkan sejak dini yaitu di lingkungan keluarga, selanjutnya lingkungan sekolah turut betanggung jawab untuk menfasilitasi gerakan literasi yang lebih komprehensif

Akses informasi menjadi kunci utama dalam budaya literasi apa yang yang dibaca akan mempengaruhi juga apa yang menjadi sudut pandang, atau paham bagi seorang pembaca, saat ini akses informasi tidaklah cukup dari koleksi buku saja.Penyediaan akses informasi digital juga tidak kalah penting aspek kemudahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun