Mohon tunggu...
Jennifer
Jennifer Mohon Tunggu... Jurnalis - FISIP 2019 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Writing. Reading. Detective Conan addict.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hollywood Vs Indonesia, Siapa Pemenangnya?

8 November 2020   19:45 Diperbarui: 8 November 2020   20:27 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Time Warner merupakan salah satu media konglomerat di Amerika di samping News Corporation, Viacom, dan lain-lain. Time Warner bergerak dalam bisnis jaringan televisi, film, dan hiburan TV. Time Warner membawahi beberapa divisi seperti Home Box Office, Time Inc., Turner Broadcasting System, dan Warner Bros (Setya, n.d.).

Warner Bros yang bermarkas di Burbank, California, Amerika Serikat mengambil peranan besar dalam industri perfilman global. Vitalagas (2020) menyebutkan beberapa judul film yang diproduksi oleh Warner Bros di antaranya Serial Harry Potter (2001-2011), The Dark Knight (2008), dan Joker (2019). 

Film Hollywood yang diproduksi Warner Bros memiliki banyak peminat di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebut saja film Joker yang sukses mencapai angka OW USD 140,5 juta untuk pasar internasional hanya dalam minggu pertama setelah perilisan. Indonesia pun menjadi negara ke-39 penyumbang uang terbesar bagi Warner Bros dengan 1.855 juta penonton (Endrina, 2019). 

Dengan masuknya film produksi Warner Bros dan juga industri media lain dari Amerika, muncul dampak yang perlu diperhatikan dengan lebih serius oleh Indonesia. Pada tahun 2015, film Hollywood menguasai sekitar 80% pasar film Indonesia (Lestari, 2016). Hal ini didasari pada peminat film Hollywood yang memang lebih banyak ketimbang film Indonesia (ITS, 2020). Kualitas film dinilai menjadi faktor utama fenomena kalah pamornya film Indonesia di negeri sendiri.

Namun, ternyata bukan hanya kualitas film yang menyebabkan dampak konglomerasi media Amerika (dalam hal ini Warner Bros) tampak sangat nyata dalam menguasai pasar industri perfilman Indonesia.

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dalam ITS (2020) menyebutkan bahwa keragaman konten dalam film Indonesia masih menjadi tantangan dan selama ini terasa sangat monoton. Genre yang dibawakan pun biasanya hanya berkutat pada drama, komedi, ataupun horor. 

Oleh karena itu, penikmat film di Indonesia beralih pada film Hollywood yang menyediakan berbagai macam genre seperti aksi, fantasi, dan lain-lain. 

republika.co.id
republika.co.id
Sebenarnya ada beberapa film Indonesia yang berhasil mendapat pengakuan secara internasional, seperti film The Raid (2011). Film yang dibintangi oleh Iko Uwais ini mendapat penghargaan sebagai film terbaik di Festival Film Sundance, Amerika Serikat (Hardian, 2018). 

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa film Hollywood masih mendominasi sebagian besar pasar indusri film dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus sama-sama menyadari dampak yang begitu serius ditimbulkan oleh konglomerasi media ini, sehingga nantinya industri film Indonesia tidak akan mati seiring perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Endriana, H. (2019, Oktober 7). Jumlah penonton joker melebihi ekspektasi, termasuk indonesia. Sindonews. Diakses dari: sindonews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun