Mohon tunggu...
jenni
jenni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi Universitas Sebelas Maret

Suka makan dan nonton,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Game Online Dapat Memicu Perpecahan?

27 Juni 2022   10:09 Diperbarui: 27 Juni 2022   10:45 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi internet ini memberikan kemudahan bagi tiap individu untuk berkomunikasi dengan orang-orang tersayangnya, mengembangkan diri, bahkan bisa untuk menghalau bosan ataupun stress melalui inovasi-inovasi baru, seperti munculnya game online. 

Game online yang saat ini marak di masyarakat luas, tidak hanya digemari oleh golongan tertentu saja, akan tetapi hampir seluruh golongan menyukai jenis game ini khususnya di kalangan muda. Umumnya, mereka bermain game online untuk melepaskan penat atau hanya sekadar mencari kesenangan. 

Adams (2013) menjelaskan bahwa game online adalah permainan yang dapat dimainkan oleh banyak orang di waktu yang sama melalui jaringan internet. 

Sejak kemunculannya, game online menjadi sangat populer. Pada Januari 2022, We Are Social menyatakan bahwa 94,5% pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia bermain game online. Tingginya angka presentase tersebut membuat Indonesia berada di urutan ketiga sedunia dengan angka pemain game online terbanyak (databoks.id, 2022).

Kemudahan dalam mengakses inilah yang menjadi daya tarik utama dari game online. Apalagi ditambah dengan banyaknya pilihan permainan yang ditawarkan, seperti genre game kooperatif, kompetitif, individualistik, atau yang lainnya menjadikan pengalaman online lebih fleksibel, karena demografinya yang modern.

Dapat kita ketahui bahwa Indonesia telah berkembang pesat dalam hal teknologi, termasuk dalam menerima masuknya game online. Maraknya game online di Indonesia ini melahirkan fenomena baru yang harus ditanggapi dengan serius. 

Sekarang, kita bisa bermain game bersama dengan siapa saja dari tempat yang berbeda, entah itu menjadi teman satu tim atau menjadi lawan. Namun, kita harus siap berhadapan dengan kelakuan mereka yang beragam. Ada yang diam-diam saja, baik, dan ramah. Tetapi tak jarang juga kita menemukan pemain yang merasa dirinya benar sehingga menyalahkan orang lain, memprovokasi, menggunakan kata-kata kasar, dan sebagainya atau yang biasa disebut toxic player.  

Secara umum, kita bisa mengartikan perilaku toxic sebagai sebutan orang yang berperilaku tidak etis dimana menyebabkan kerugian pada orang lain. Ibaratnya, orang tersebut sengaja merusak kenyamanan seseorang. 

Dari sekian banyak pengguna game online, sebagian orang masih belum menyadari atau hanya menganggap perilaku toxic ini sebagai sebuah candaan. Bahkan, ada juga yang menganggapnya sebagai bagian dari permainan karena mereka juga mendapatkan kesenangan dari berperilaku tersebut. 

Lalu, hal apa saja yang membuat seseorang dapat berperilaku toxic di dalam game? 

Pengaruh perkembangan internet memungkinkan seseorang menutupi identitasnya. Oleh karena itu, mudah bagi mereka untuk melakukan hal yang tidak etis, termasuk di dalam permainan online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun