Mohon tunggu...
Jenika Virani
Jenika Virani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - JenikaV

be strong

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berita Hoax Membuat Lansia Enggan Untuk di Vaksin Covid-19

9 Desember 2021   12:51 Diperbarui: 9 Desember 2021   13:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

World Health Organization (WHO) telah resmi menetapkan pandemi global Covid-19 Pada tanggal 11 Maret 2020 (Cucinotta & Vanelli, 2020). Penyebaran virus covid-19 sudah menjangkau sebagian besar Negara di dunia yang berdampak negatif terhadap aktifitas manusia maupun perekonomian. Di Indonesia, per 10 Agustus 2021 angka kasus telah mencapai 3.718.821 kasus (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021).

Beberapa kebijakan pemerintah yang dilakukan guna menekan laju pertumbuhan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia diantaranya (himbauan 3M memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Kemudian dilaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 (Goma 2021), hingga PPKM (Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) sampai dengan 16 Agustus 2021. Angka kasus di Indonesia masih fluktuatif oleh karena itu pemerintah dan masyrakat harus bekerja sama untuk memutus rantai penularan covid-19.

Sebagian besar Negara di dunia termasuk Indonesia telah menggunakan vaksin untuk penanganan covid-19. Presiden menandatangani dan mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi untuk menanggulangi pandemi COVID-19. Perpres tersebut menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan dan distribusi vaksin serta pelaksanaan vaksinasi. Perpres tersebut menetapkan PT. Bio Farma, perusahaan farmasi milik negara, untuk menyediakan vaksin melalui kerja sama dengan berbagai institusi internasional. Perpres ini juga menetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatur jalannya distribusi vaksin dan program vaksinasi nasional (Setneg RI, 2020).

Beberapa produk vaksin telah memperoleh ijin edar darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antara lain Covid-19 Vaccine Astrazeneca, Coronavac, dan Sars Cov 2 Vaccine (Verocell) (Jurnal abdi masyarakat kita 2021). Efektifitas dari vaksin sangat variatif. Vaksin COVID-19 mampu mencegah seseorang terkena virus corona, apabila sudah tertular COVID- 19, vaksin dapat mencegah tubuh dari sakit parah atau potensi hadirnya komplikasi serius (Ahmad et all, 2021). Sebagian besar Negara di dunia termasuk Indonesia telah menggunakan vaksin untuk penanganan covid-19. Beberapa produk vaksin telah memperoleh ijin edar darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) antara lain Covid-19 Vaccine Astrazeneca, Coronavac, dan Sars Cov 2 Vaccine (Verocell) (Jurnal abdi masyarakat kita 2021). Efektifitas dari vaksin sangat variatif. Vaksin COVID-19 mampu mencegah seseorang terkena virus corona, apabila sudah tertular COVID- 19, vaksin dapat mencegah tubuh dari sakit parah atau potensi hadirnya komplikasi serius (Ahmad et all, 2021).             

Vaksin covid-19 yang telah diedarkan di Indonesia sudah menjalani beberapa pengujian dan dipastikan aman, namun masih banyak masyarakat yang menolak akan adanya vaksinasi dengan berbagai alasan. Ragam alasan diantaranya yang paling besar adalah tidak yakin dengan keamanannya (30%), tidak yakin dengan efektifitasnya (22%), dan tidak percaya dengan vaksin (13%) disamping isu agama, dll (Kementerian Kesehatan RI et al., 2020). Masyarakat yang kurang bekerja sama dalam hal vaksinasi akan memperlambat proses pemutusan penularan Covid-19.Selain itu beberapa masyarakat juga mengkhawatirkan akan kelebihan sistem imunitas tubuh dikarenakan beragamnya vaksin yang diberikan. Hal ini belum termasuk dengan kekhawatiran yang muncul dari berbagai teori konspirasi terkait isu politik, hanya untuk kepentingan korporat obat-obatan, hingga isu genosida (Poland & Jacobson, 2001). Gerakan anti vaksin ini sendiri bukanlah hal baru, yang mana tercatat sudah ada sejak 1800-an. Gerakan ini semakin meningkat terutama pada 1998 terdapat satu dokter di London yang menerbitkan laporan secara tidak tepat terkait dengan dampak vaksin yang dianggap mampu menyebabkan autisme dan penyakit usus pada vaksin tertentu (Hughes, 2019).

Faktor lainnya beberapa masyarakat berspekulasi bahwa vaksin hanya di perioritaskan untuk tenaga kerja kesehatan, Abdi Negara, tenaga pendidik hingga pelayanan public, oleh karena itu mereka merasa tidak berkewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi covid-19. Dengan memberikan pemahaman dan edukasi mengenai vaksin covid-19 kepada masyarakat, kesadaran untuk mengikuti vaksinasi akan meningkat (abdi masyarakat kita 2021).Untuk program vaksinasi Lanjut Usia (Lansia) merupakan kelompok paling awal yang mendapat vaksin covid-19 di Indonesia, namun angka capaian imunisasi pada Lansia masih relatif rendah dibanding kelompok usia lainnya. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi bahkan mengakui bahwa angka cakupan kelompok Lansia masih jauh dari target. Padahal seperti banyak diketahui, bahwa dalam situasi pandemi, Lansia menjadi kelompok paling rentan jika terinfeksi Covid-19.Pada laman KlikDokter 2021, dijelaskan bahwa vaksinasi virus corona untuk Lansia sudah dilakukan di Indonesia. Tindakan preventif ini sangat penting karena Lansia lebih rentan terhadap infeksi virus ini. Kelompok tersebut biasanya memiliki penyakit penyerta dan kondisi fisik yang mulai melemah. Hal inilah yang membuat para Lansia lebih sulit untuk melawan infeksi, termasuk coronavirus.                                                                                                                                                                            Di sisi lain, vaksinasi virus corona bisa memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat vaksin COVID-19 untuk Lansia itu antara lain:

  1. Mencegah Terinfeksi atau Mengalami Gejala COVID-19 yang Berat Seperti yang sudah dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan RI, vaksinasi COVID-19 memang tidak membuat Lansia kebal dari penyakit ini secara 100 persen. Namun, vaksinasi ini akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika tertular virus ini. Vaksinasi pada dasarnya berguna untuk membentuk kekebalan dalam tubuh. Jika suatu saat terinfeksi, Lansia cenderung mengalami gejala yang ringan.
  2. Melindungi Orang Lain Dengan mendapatkan vaksinasi virus corona, Anda juga dapat mencegah penularan virus kepada orang lain. Jika cakupan vaksinasi ini tinggi dan merata di suatu area, akan muncul herd immunity (kekebalan komunitas/kelompok) di masyarakat. Jenis kekebalan ini merupakan kondisi mayoritas anggota masyarakat dalam suatu daerah sudah terjaga dari penyakit atau wabah tertentu. Dampaknya, golongan masyarakat rentan yang bukan prioritas vaksinasi (seperti memiliki komorbid) juga ikut terjaga dari virus tersebut. Tentunya, ini bisa tercapai bila vaksinasi bisa merata dengan jumlah banyak. Paling tidak 70 persen dari jumlah total masyarakat sudah vaksinasi untuk capai herd immunity.
  3. Membantu Melindungi Generasi Selanjutnya Vaksinasi dapat mencegah coronavirus menyebar dan bereplikasi. Dengan mendapatkan vaksinasi ini, Lansia dapat membantu melindungi generasi selanjutnya dari ancaman penyakit yang disebabkan virus corona.

Sementara  kategori lansia( lanjut usia) pencapaian vaksinasi nya masih 59,16 % sementara pemberian vaksin kepada lansia sangat penting untuk pergerakan pencegahan Covid-19 ini karena adanya kerentanan terkena Covid-19 bagi kalangan tersebut. Vaksin Covid-19 juga diharapkan bisa menjadi solusi untuk menghentikan rantai penyebaran virus Corona di Riau, terutama pada orang-orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit berat atau kematian akibat virus ini, seperti lansia (lanjut usia).     

 Namun berdasarkan survey yang di lakukan banyaknya para lansia  yang masih merasa takut di vaksin dengan alasan sudah ada penyakit sebelumnya, takut sakit kalau di vaksin dan bahkan ada yang meragukan manfaat vaksin tersebut. Masyarakat juga ada yang menghindar dan menjadi tidak aktif dalam perkumpulan lansia karena takut disuruh vaksin.      

 Memang rata-rata lansia sudah mengalami berbagai penyakit seperti hipertensi, gangguan pencernaan dan penyakit yang sering dan lazim diderita oleh para lansia. Kebijakan pemerintah dalam segi administrasi dimana setiap penerima bantuan pemerintah harus menujukkan surat vaksin. Bagi mereka yang belum menerima vaksin, maka bantuan pemerintah tidak bisa mereka terima. Kebijakan ini di satu sisi bagi mereka sangat memberatkan, dan sebagian dari mereka secara terpaksa mau di vaksin. Hal ini juga menjadi suatu hal yang tentu kurang baik karena dengan keterpaksaan dalam arti kesadaran masih belum ada dan hal ini mungkin saja karena kurang pengetahuan tentang vaksin tersebut. Selain itu ada juga lansia imobilitas atau tidak dapat begerak dan tidak ada kerabat yang mengantarkan ke fasilitas kesehatan. Oleh sebab itu, Kabid Dinas Kesehatan mengaku terus merumuskan strategi untuk percepatan vaksinasi lansia. Diantaranya melakukan pendekatan terhadap lansia, agar tidak takut menerima vaksin. Tidak hanya itu, pihaknya juga memperluas mitra pelaksana vaksin, mulai dari Puskesmas Pembantu (Pustu) hingga mengirim nakes ke Kantor Kelurahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun