Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Toilet Sedunia: Toilet sebagai Cerminan Jiwa dan Masa Depan Indonesia

19 November 2021   09:00 Diperbarui: 26 April 2022   04:53 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toilet umum. (Dok. Citymetric via kompas.com)

Mengabaikan pentingnya sistem sanitiasi tersebut memiliki konsekuensi, yang bagaikan sebuah bom waktu, yang mengancam kesehatan masyarakat khususnya anak-anak, juga berpengaruh ke ekonomi dan lingkungan kita. 

Potret toilet milik warga yang berada di sepanjang Sungai Citarum, Jawa Barat | Foto milik REUTERS/Darren Whiteside
Potret toilet milik warga yang berada di sepanjang Sungai Citarum, Jawa Barat | Foto milik REUTERS/Darren Whiteside

Ancaman untuk Kesehatan Masyarakat Indonesia

Pembicaraan mengenai toilet kerap dianggap sebagai permasalahan yang privat, aneh, bahkan menjijikan. Padahal, banyak krisis-krisis yang berhubungan langsung dengan akses masyarakat akan toilet dimana salah satunya adalah mengancam kesehatan masyarakat khususnya anak-anak. 

Kurangnya fasilitas yang memadai memaksa masyarakat untuk menggunakan fasilitas seadanya untuk buang air kecil dan besar sembarangan (BABS). 

Padahal, buang air sembarangan dapat menimbulkan resiko kesehatan masyarakat akan penyakit menular seperti diare, kolera, disentri, hepatitis A, dan demam tifoid. 

Sebuah penelitian dilakukan di Desa Argosari yang terletak di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tahun 2015. Ditemukan bahwa 87% masyarakat buang air besar (BAB) di sungai terdekat yang airnya juga digunakan untuk aktivitas MCK (mandi,cuci, dan kukus). 

Penelitian ini juga menemukan bahwa 89% tidak memiliki fasilitas buang air di rumah, 8% BAB di fasilitas komunal atau milik bersama, dan 3% sisanya memiliki fasilitas sanitiasi yang belum memadai.

Penelitian ini menemukan dari aktivitas masyarakat di Desa Argosari banyak teradi kasus penyakit seperti batuk pilek sebanyak 35 persen, diare sebanyak 30 persen, 25 persen masyarakat menderita penyakit kulit (gatal-gatal), lima persen mengalami gartritis dan lima persennya menderita sakit mata. 

BAB sembarangan menjadi salah satu penyebab kuat dari penyakit masyarakat di Desa Argosari bersamaan dengan kurangnya ketersediaan air bersih disana.  

Sayangnya hal ini bukan hanya terjadi di Desa Argosari saja. Banyak masyarakat Indonesia yang kekurangan fasilitas sanitasi, menjadi 'Desa Argosari-Desa Argosari' lainnya. 

Toilet dan Masa Depan Kita

Menurut data milik Kementerian Kesehatan pada tahun 2019, diare masih menjadi penyebab pertama kematian anak bawah lima tahun (balita) di Indonesia. Dalam setahun, 314 anak meninggal karena permasalahan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun