Sama seperti namanya, self-help yang diterjemahkan menjadi 'menolong diri' benar-benar menolong saya. Buku-buku tersebut menolong saya melewati duka cita, patah hati, emosi, kekecewaan, keputusasaan, hingga kebisingan dunia.Â
Hingga sekarang, saya masih terus membaca dan merasa tertolong dari buku self-help yang saya baca. Buku self-help yang saya baca juga kebanyakan dalam bahasa Indonesia karena sudah diterjemahkan dari bahasa Inggris dengan harga yang jauh lebih murah.Â
Saya pernah membaca bahwa beberapa tahun terakhir di Indonesia terdapat peningkatan minat buku-buku self-help.Â
***
Itulah cerita sekaligus (mungkin) refleksi diri bagaimana saya tumbuh bersama buku-buku. Dari saya yang berumur 7 tahun, masih seorang anak kecil, menemukan sebuah komik Crayon Shinchan hingga saya yang sekarang membaca buku self-help untuk pengembangan diri saya.Â
Saya dulu sering disebut kutu buku atau cacing buku, dan saya bangga dengan panggilan tersebut. Tanpa ratusan buku-buku yang saya baca, mungkin saya tidaklah seperti Jeniffer yang sekarang. Mungkin saya memiliki pemikiran, tingkah laku, kepribadian hingga hobi yang berbeda.
Pastinya tanpa ratusan buku-buku tersebut, artikel ini tidak mungkin ada.Â