Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alasan Mengapa Saya Tidak Menjadi Orang yang Sama di Media Sosial

6 Mei 2021   11:44 Diperbarui: 6 Mei 2021   15:15 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengenai oversharing di media sosial | Foto diambil dari Shutterstock via Kompas

Sebuah penelitian yang berjudul “How to Hack a Human” dirilis oleh Tessian, sebuah perusahaan software asal Inggris yang fokus di bidang keamanan internet (dapat diakses di sini). Penelitian yang dirilis pada Februari 2021 juga mengikutsertakan peretas-peretas paling hebat di dunia.

Tessian menemukan bahwa 90% dari pengguna sosial media membagikan informasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi dan juga kehidupan profesionalnya. Angka ini juga lebih tinggi di antara pengguna sosial media busia 18-34 tahun.

55% pengguna sosial media juga memiliki akun yang dapat dilihat oleh publik, dimana siapapun dapat melihat informasi kita. Informasi tersebut bagaikan “debu emas” yang dapat dimanfaatkan oleh seorang peretas. 

Ipsos yang merupakan perusahaan riset pasar juga pernah merilis penelitian serupa di tahun 2013. 

Ditemukan bahwa Indonesia adalah negara kedua yang paling banyak membagikan semua hal di sosial media. 

Yang paling banyak dibagikan pengguna sosial media di Indonesia adalah foto, kemudian disusul opini, status tentang kegiatan yang sedang dilakukan, tautan ke artikel, sesuatu yang disukai, kemudian status mengenai perasaan. Walaupun penelitian itu sudah berumur 8 tahun, penulis yakin hasil tersebut masih mencerminkan keadaan sekarang di mana pengguna sosial media terus bertambah di Indonesia. 

Tangkapan layar foto Tony Abott yang memperlihatkan boarding passnya yang kemudian digunakan oleh para peretas | Foto diambil dari Gizmodo Australia
Tangkapan layar foto Tony Abott yang memperlihatkan boarding passnya yang kemudian digunakan oleh para peretas | Foto diambil dari Gizmodo Australia
Salah satu kasus mengenai bahaya oversharing ini dialami oleh Mantan Perdana Menteri Australia, Tony Abott. Ia membagikan foto boarding pass di Instagramnya dan selang beberapa detik peretas menemukan nomor paspor dan juga nomor teleponnya. Kedua informasi tersebut kemudian digunakan untuk mengakses informasi lainnya, bahkan informasi pemerintah yang sensitif.

Satu cara mudah untuk menghindari bahaya oversharing

Sebenarnya ada banyak cara untuk menghindari bahaya dari oversharing, mulai dari mengunci akun hingga membedakan akun pribadi dengan akun professional. 

Namun menurut penulis, cara paling mudah adalah dengan selalu pertimbangkan apakah konten tersebut layak dipublikasikan. Bukan hanya sekali atau dua kali, pertimbangkanlah hingga berkali-kali. 

Banyak dari kita tentu pernah merasakan amarah ketika membaca sebuah unggahan yang kita tidak setujui. Pertimbangkan terlebih dahulu, jika saya membalas komentar jahat ini, apa yang saya dapatkan? Apakah komentar saya akan memberikan dampak buruk di masa depan? Apakah ada orang yang dapat menyalahgunakan komentar ini?

Sama juga ketika kita ingin mengunggah foto di sosial media. Pertimbangkan apakah foto tersebut dapat mengekspos lokasi kita sekarang? Apakah ada informasi pribadi kita yang terlihat, misalnya nomor kartu kredit ataupun plat mobil yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun