Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tiga Alasan Indonesia Harus Belajar dari Tsunami Kasus Covid-19 di India

20 April 2021   16:46 Diperbarui: 20 April 2021   21:15 2145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat yang sedang antre untuk memberikan suara mereka selama pemilihan umum lokal | Foto diambil dari Kompas/Rajesh Kumar Singh- Sumber: Kompas.com

Mengira telah mengendalikan pandemi, India mulai memberlakukan diplomasi vaksinnya dengan mengekspor vaksin buatanya, Covishield dan Covaxin, ke negara lain. India memproduksi 60% dari seluruh vaksin yang digunakan di dunia, sukses menandingi musuh berbuyutan India yaitu China.

Dengan penurunan kasus di India, pemerintah menghitung mereka memiliki cukup stok vaksin untuk seluruh masyarakatnya. Penurunan kasus juga menyebabkan hanya sedikit masyarakat yang mau menerima vaksin, akhirnya memperlambat upaya vaksinasi di India.  

Namun India gagal dalam mengelola keseimbangan antara memberikan vaksin ke masyarakatnya atau memberikan vaksin ke negara lain sebagai bagian dari diplomasi vaksin.

Partai Bharatiya Janata (BJP), partai yang mengusung Perdana Menteri Narendra Modi, menyatakan bahwa India telah mengirim sebanyak 64 juta dosis vaksin ke luar negeri pada bulan Januari hingga Maret 2021. BJP juga menyatakan bagaimana India sudah ahli dalam menangani pandemi sementara negara lain gagal.

Prioritas pemerintah pun mulai dipertanyakan, bagaimana masyarakat India ditolak di pusat vaksinasi dengan tanda "tidak ada vaksin yang tersedia". Ketika tsunami kasus Covid-19 datang, pemerintah sadar bahwa vaksin buatan dalam negeri tidak cukup untuk proses vaksinasi dalam negeri. Masyarakat mulai bertanya, mengapa begitu banyak vaksin dikirimkan ke luar negeri?

Dikutip dari SCMP, analis politik Arati Jerath menyatakan bahwa "penyebab kekurangan ini adalah rasa puas diri dari pemerintah ini, yang percaya pada hype-nya sendiri. Pemerintah sangat lambat dalam memastikan produksi vaksin, meskipun menjadi pemasok utama vaksin dunia. Tidak mengantisipasi gelombang kedua meskipun peringatan dan bukti yang jelas dari Eropa dan Amerika Serikat."

Umat Hindu yang berendam di Sungai Gangga, India untuk ritual Kumbh Mela | Foto diambil dari Kompas
Umat Hindu yang berendam di Sungai Gangga, India untuk ritual Kumbh Mela | Foto diambil dari Kompas

Mengabaikan protokol kesehatan

Melihat kasus yang terus menurun sejak akhir tahun, India mulai mengizinkan kegiatan-kegiatan yang awalnya dilarang. Terdapat 3 kegiatan yang disebut-sebut sebagai 'biang kerok' dari gelombang tsunami kasus positif di India, yaitu:

Kampanye politik yang dimulai setelah otoritas pemilu mengumumkan diadakannya pemilu di lima negara bagian di India pada akhir bulan Februari. 186 juta masyarakat India berhak memilih untuk 824 kursi. Masyarakat pun diundang untuk hadir berkerumun dalam kampanye politik. 

Berbagai video dari media pun memperlihatkan bagaimana para pendukung politikus tersebut mengikuti kampanye tanpa masker, tanpa protokol kesehatan. Salah satu video yang sempat viral adalah seorang pendukung Perdana Menteri Nahendra Modi yang menyatakan bahwa berdiri dan berkeringat di bawah matahari akan membuat virus Covid-19 musnah.

Modi pun sibuk mengadakan rapat pemilihan umum. Dalam kampanyenya di Benggala Barat beberapa waktu ini, ia menyatakan bahwa "saya belum pernah melihat lautan massa sebanyak ini", ditengah-tengah kasus positif yang melonjak di negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun