Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Diplomasi Kapal Perang dan Jebakan Thucydides di Tengah Lautan yang Kian Memanas

12 April 2021   16:32 Diperbarui: 13 April 2021   08:03 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Induk AL Amerika Serikat Theodore Roosevelt | Foto diambil dari U.S. Naval Institute/news.usni.org

Saat itu, setiap kali negosiasi berakhir gagal maka armada kapal perang dari negara-negara kuat tiba-tiba akan muncul dan memutari pantai negara-negara yang lebih lemah dan tidak kooperatif. 

Negara lemah yang tidak dapat menyaingi kekuatan militer negara besar tersebut tentu ketakutan dan memilih menyerah dengan mengikuti kemauan negara besar.

Diplomasi kapal perang ini dinilai efektif oleh para negara kuat, di mana ancaman disembunyikan dengan pertunjukan kekuatan militer. Tanpa pertumpahan darah, tanpa sebutir peluru yang ditembakkan, negara kuat sukses memengaruhi negara lemah yang awalnya tidak kooperatif. 

Kartun yang menunjukkan Theodore Roosevelt membawa pentungan besar menarik kapal AL Amerika Serikat di Laut Karibia | Foto diambil dari Wikimedia Commons
Kartun yang menunjukkan Theodore Roosevelt membawa pentungan besar menarik kapal AL Amerika Serikat di Laut Karibia | Foto diambil dari Wikimedia Commons

Pentungan besar

Pengaruh militer China yang semakin menguat mulai mengganggu Amerika Serikat yang dulunya menjadi pemegang tunggal kekuatan militer di dunia. Sebagaimana penjelasan di atas, kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa selama ini hanya negara kuatlah yang selalu menang dan mendapatkan apa yang mereka mau.

Namun sekarang "pentungan besar" yang dulu hanya dipegang oleh Amerika Serikat mulai "dibagi-bagi" dengan negara sekutunya, melawan China yang juga sekarang memegang sendiri "pentungan besar"-nya. 

Hal ini terbukti dengan permasalahan di Laut China Selatan yang tidak kian berakhir, menjadi sebuah ring tinju tanpa ronde di mana negara-negara memanfaatkan kekuatan militernya untuk meraih kepentingan nasionalnya masing-masing.

Anna Malindog-Uy dalam tulisannya di ASEAN Post yang berjudul "South China Sea: Safe to Revoke China?" menjelaskan bagaimana diplomasi kapal perang yang ditunjukkan oleh Amerika Serikat dan China bukan hanya memperumit permasalahan namun juga meningkatkan dilema keamanan di Laut China Selatan. 

Dalam hubungan internasional, dilema keamanan adalah sebuah kondisi di mana sebuah negara yang memperkuat militernya juga memaksa negara lain mengambil tindakan yang sama. 

Malindog-Uy juga menambahkan jika keadaan terus memanas, negara Asia Tenggara lah yang menjadi korban utamanya.   

Jebakan Thucydides

Gejolak hubungan China dan Amerika Serikat di Laut China Selatan kerap dihubungkan dengan Jebakan Thucydides. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun