Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama FEATURED

Hari Perempuan Internasional untuk Para Penjaga Perdamaian Dunia di Zona Perang

8 Maret 2021   08:00 Diperbarui: 8 Maret 2022   05:11 2177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontingen penjaga perdamaian dari Indonesia yang dikerahkan ke UNFIL, Lebanon pada tahun 2012 | Foto diambil dari LowyInstitute.org/UN Photo

Hal unik lainnya adalah banyak dari daerah konflik tersebut memiliki peraturan agama dan adat yang melarang berbicara dengan laki-laki, di mana hal ini tentu tidak masalah untuk personel perempuan yang dapat bersosialisasi langsung dengan perempuan dan anak perempuan disana.

Di balik banyaknya pelanggaran HAM dan nyawa berjatuhan, kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual masih banyak terjadi di tengah dilaksanakannya misi perdamaian. 

Perempuan dan anak perempuan dari masyarakat sipil hingga pejuang kerap menjadi korban dengan angka yang mencengangkan. 

Dari sinilah personel perempuan dituntut dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi mereka yang menjadi korban kekerasan. 

Ketika terbentuk sebuah rasa kepercayaan, perempuan juga mendapatkan akses yang lebih baik dalam mendapatkan informasi yang selama ini sulit didapatkan.

Hal ini pun diakui oleh Kapten Mega Aryanti, salah satu anggota Pasukan Penjaga Perdamaian Perempuan di Lebanon tahun 2015. 

Ia menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman pribadinya di Lebanon, personel perempuan lebih dapat diterima dan lebih mudah dalam menjalin komunikasi dengan penduduk lokal, terutama perempuan dan anak-anak. 

Briptu Ima, pasukan perdamaian PBB asal Yogyakarta, Indonesia | Instagram/hikmanursyaa
Briptu Ima, pasukan perdamaian PBB asal Yogyakarta, Indonesia | Instagram/hikmanursyaa

Keterampilan dan pengalaman alami sebagai pengasuh utama dan ibu

Seperti yang kita tahu, tidak dipungkiri kebanyakan perempuan disiapkan dengan keterampilan dan pengalaman sebagai pengasuh utama, ibu, dan pencipta perdamaian alamiah selama sepanjang sejarah manusia.

Misalnya, penulis yakin Anda pernah melihat anak perempuan yang sejak kecil diajarkan untuk mengasuh anak lewat boneka pemberian dari orang tuanya. Penulis sebagai perempuan pun mengalami hal yang sama. 

Dari kemampuan ini memberi kesempatan yang besar dan tepat dalam proses perdamaian, terutama dari kepekaan perempuan dengan perempuan lainnya untuk mengidentifikasi kekerasan yang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun