Dari survei ini, 53 dari 1.022 responden do Singapura selalu tidur ditemani dengan bantal busuk. Perempuan juga ditemukan lebih banyak memiliki bantal busuk, yaitu 61% dibanding pria.
Survei ini juga menyatakan bahwa mereka yang sudah berusia 25 tahun hingga 34 sebanyak 61% masih menggunakan bantal busuk, sisanya adalah mereka yang sudah berusia 55 tahun ke atas. Sayang sekali penulis masih belum menemukan survei tentang bantal busuk di Indonesia.
Wiki.sg menjelaskan bahwa terdapat 2 teori psikologis yang mendukung bagaimana bantal busuk sangatlah spesial untuk pemiliknya, yaitu:
1. Peran otak manusia dalam bantal busuk
Yang khas dari bantal busuk adalah aroma khasnya yang memiliki kemampuan untuk memicu ingatan dan emosi nostalgia pemiliknya. Hal ini disebut sebagai fenomena Proust. Fenomena ini menjelaskan bahwa ketika mencium suatu aroma, manusia dapat teringat memori dan emosi dari sebuah kejadian di masa lalu.
Fenomena Proust ini dapat menjadi jawaban mengapa pemilik bantal busuk tidak dapat membuang benda yang mungkin sudah tidak layak disimpan lagi. Ini dikarenakan otak manusia, yaitu Amigdala dan Hipokampus yang mengontrol emosi dan ingatan, mengingatkan pemiliknya akan kenangan masa kecilnya.
Kenangan masa kecil setiap orang tentu sangat beragam, tapi untuk mereka yang memiliki bantal busuk ini mungkin teringat akan masa kecil yang sederhana dan bahagia.
2. Ingatan akan kelembutan dan kehangatan seorang ibu
Selama 6 bulan pertama bayi lahir, ia belum mengetahui dengan jelas ataupun mengenal manusia yang berada disekitarnya. Walaupun begitu, bayi mulai mengenal dan mempelajari objek-objek disekitarnya dimana salah satunya mungkin adalah bantal busuk tersebut. Dalam tahap perkembangan bayi, tahap ini disebut sebagai fase perkembangan.
Bantal busuk juga dapat mengingatkan bayi akan karakteristik ibunya, yaitu kelembutan dan kehangatan. Perlu diakui, bayi yang sudah dewasa dan tangguh pun tetap akan merindukan ibunya dan bantal busuk mungkin dapat menjadi pengganti sementara akan rasa lembut dan kehangatan seorang ibu.
Sebuah Objek Transisi
Selain kedua teori diatas, penulis juga menemukan sebuah penjelasan psikologi yang mungkin dapat membantu dalam memahami peran bantal busuk. Dalam ilmu psikologi anak, benda-benda seperti bantal busuk disebut dengan objek transisi . Objek transisi ini diyakini memberikan penghiburan, rasa nyaman hingga stabilitas kepada anak-anak ketika melewati transisi atau momen hidup yang sulit.
Salah satu momen hidup yang sulit tersebut bisa saja ketika seorang anak harus belajar untuk tidur sendiri, ditemani oleh bantal busuk anak tersebut dapat menemukan rasa nyamannya.
Walaupun bukan seorang pegiat psikologi, beberapa teori psikologi diatas menurut penulis , yang dimana juga seorang pemilik bantal busuk, sangatlah masuk akal dan juga menjelaskan yang penulis rasakan.