Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Suka dan Duka Mempersiapkan Imlek di Masa Pandemi

8 Februari 2021   16:52 Diperbarui: 1 Februari 2022   06:42 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sagu keju, ornamen Fu(福), ornamen nanas dan nastar keju | Foto milik pribadi

Untuk mereka yang merantau di luar kota kampung halamannya, pulang menjadi sulit dikarenakan protokol yang harus ditaati ketika melakukan perjalanan. Biaya yang besar pun menjadi salah satu alasan mereka yang menunda kepulangannya.

Penulis yakin mereka pun mengerti bagaimana kebijakan ini dibuat untuk kebaikan mereka dan anggota keluarganya di kampung halaman. Daripada melewati berbagai peraturan hingga mengeluarkan biaya sekaligus mengancam kesehatan miliknya dan keluarganya, banyak dari mereka yang memilih untuk menahan rasa rindu.

Dari mereka yang menahan rasa rindu untuk bertemu orang tua ataupun anaknya setahun sekali hingga mereka yang menahan rasa rindu akan makanan khas daerahnya. Rasa rindu ini berusaha diobati dengan video call untuk melihat wajah satu sama lain, kiriman foto persiapan Imlek lewat sosial media, mengirimkan makanan serta resep, hingga menyapa lewat pesan singkat.

Semua ini dilakukan tanpa lupa disertai kata rindu, doa untuk kesehatan hingga harapan agar pandemi dapat segera berlalu.

Kehilangan

Bukan hanya menjadi pembatas untuk berkumpul bersama keluarga, pandemi ini juga menjadi penyebab akan duka cita kepada mereka yang kehilangan anggota keluarga ataupun teman dekat disebabkan oleh Covid-19. Hingga artikel ini ditulis (8/2/2021), terdapat 31.556 kasus mereka yang meninggal disebabkan oleh Covid-19 di Indonesia. 

Awalnya dianggap sepele, angka tersebut disertai dengan angka kasus positif yang masih aktif hingga sekarang bagaikan sebuah bukti sudah seharusnya masyarakat menjaga diri dari Covid-19.

Umur tidak ada yang tahu, kematian bukanlah hal yang dapat ditolak. Walaupun begitu, penulis menyadari rasa sedih akan kehilangan di Hari Raya Tahun Baru Imlek yang seharusnya dirayakan berkumpul dengan suka cita. Bukan hanya menahan rindu, keluarga yang menunggu di kampung halaman ataupun merantau di luar kota pun harus menahan duka akan kehilangan kakek nenek, orang tua, anak, ataupun sepupunya.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Jobstreet Indonesia pada Oktober 2020, sekitar 35% pekerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan 19% pekerja dirumahkan sementara.

Bukan hanya kehilangan anggota keluarga ataupun teman yang meninggal karena Covid-19, masyarakat Indonesia juga kehilangan mata pencahariannya. Bahkan hingga sekarang, kerap diberitakan perusahaan yang tidak mampu lagi menahan efek buruk dari pandemi ini dan harus memberhentikan pekerjanya.

Lampion yang digantung di tepi sungai Jalan Selat Sumba | Foto milik pribadi diambil pada 7/02/2021
Lampion yang digantung di tepi sungai Jalan Selat Sumba | Foto milik pribadi diambil pada 7/02/2021

Semangat serba merah

Selain untuk berkumpul bersama anggota keluarga dan merayakan tahun baru, Imlek juga dirayakan dengan tujuan mengucapkan rasa syukur serta doa harapan akan tahun yang lebih baik dan penuh keberuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun