Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul Mi Instan: Solusi Jepang Menghadapi Krisis Kelaparan Pasca Perang Dunia II

12 Januari 2021   17:31 Diperbarui: 12 Januari 2021   18:16 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mi instan | Foto diambil dari Bangkok Post

Ketika Amerika Serikat menduduki Jepang, pemerintah tetap menggunakan sistem penjatahan makanan seperti yang dilakukan pemerintah Jepang pada masa perang. Akan tetapi keadaan semakin memburuk karena produksi bahan pangan yang menurun di Jepang dan alokasi yang tidak merata. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, Amerika Serikat mulai memasok bahan makanan produksi dari negaranya ke Jepang.  

Replika dapur dimana Ando pertama kali menemukan mi instan di Museum Cup Noodle, Jepang | Foto diambil dari South China Morning Post
Replika dapur dimana Ando pertama kali menemukan mi instan di Museum Cup Noodle, Jepang | Foto diambil dari South China Morning Post

Penemuan mi instan

Salah satu bahan makanan yang paling banyak dipasok oleh Amerika Serikat ke Jepang adalah tepung terigu dengan tujuan agar masyarakat Jepang dapat menggunakan tepung tersebut untuk membuat roti. Jepang kemudian berlimpah akan tepung terigu dan pemerintah juga mulai membuka perusahaan yang memproduksi roti.

Mi sebenarnya adalah salah satu makanan yang digemari dan memiliki posisi penting dalam sejarah kuliner Jepang. Dikutip dalam biografi Ando, pada suatu malam di musim dingin ia melewati sebuah antrian panjang dari warung yang menjual ramen. Ia melihat orang-orang yang sedang menikmati ramen hangat tampak senang, walaupun harus menghabiskan waktu mengantre di malam yang dingin. Dari pengalamannya ini ia sadar bahwa permintaan akan mi sangat besar di Jepang.

Selain pengalaman Ando pada malam tersebut, tepung terigu yang berlimpah membuat Ando bertanya dalam hatinya "Mengapa tepung terigu tersebut harus dijadikan roti, bukannya digunakan untuk membuat mi yang lebih familiar untuk masyarakat Jepang?".  

Dari pertanyaan tersebut, Ando berambisi untuk memproduksi mi-nya sendiri berpegang dengan motonya yaitu "kedamaian akan datang ke dunia ketika setiap orang memiliki cukup makanan". Ando memulai idenya dengan lima kriteria makanan yang cocok pasca perang, yaitu lezat, tidak mudah rusak atau basi, siap disajikan dalam waktu kurang dari tiga menit, murah, dan aman dan sehat.

Kesulitan untuk mengawetkan mi

Ando tidak mengalami permasalahan ketika membuat mi, mengkukusnya, hingga meracik bumbu. Akan tetapi, untuk memenuhi lima kriteria diatas Ando harus menemukan cara untuk mengawetkan mi yang biasanya cepat basi jika tidak langsung dimasak. Ia menghabiskan waktu satu tahun untuk mencoba mengawetkan mi tetapi semua usahanya gagal.

Sepertinya kesempatan Ando untuk mengalami kegagalan sudah habis ketika ia mencoba melemparkan beberapa mi ke dalam minyak panas. Minyak panas ini sebenarnya disiapkan oleh istri Ando untuk menggoreng tempura untuk makan malam keluarganya . Ternyata mi yang digoreng di minyak panas sukses mengawetkan mi, sekaligus membuat mi lebih cepat dimasak nantinya. Teknik ini disebut dengan flash frying. Dari sinilah mi instan lahir.  

Ando kemudian menjual mi instan temuannya ini dengan nama Chikin Ramen yang diproduksi oleh perusahaan Ando, Nissin, yang beredar pada tahun 1958. Tidak berhenti dengan penemuan mi instan dalam kemasan plastik, Ando juga menjadi penemu pertama yang menyajikan mi instan di kemasan gelas yang terbuat dari styrofoam dijual dengan nama Cup Noodle.

Mi instan pertama di dunia, Chikin Ramen dari Nissin | Foto diambil dari South China Morning Post
Mi instan pertama di dunia, Chikin Ramen dari Nissin | Foto diambil dari South China Morning Post

Mi instan menjadi salah satu makanan yang sangat penting selama Jepang melewati momen tergelapnya dalam sejarah Jepang, yaitu pasca Perang Dunia II. Mi instan dipilih oleh masyarakat Jepang karena mengenyangkan, tinggi kalori, dan rasanya yang nikmat jika dibandingkan dengan roti yang didukung produksinya oleh pemerintah Amerika Serikat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun