Mohon tunggu...
Armin Yubu
Armin Yubu Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Other outsider

Selanjutnya

Tutup

Money

IMIP, Demografi, dan Cuan

22 Maret 2021   10:54 Diperbarui: 22 Maret 2021   11:05 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tujuh tahun sudah kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berdiri dan beroperasi. Selama itu, tak hanya mampu menyerap puluhan ribu karyawan dari berbagai daerah di Indonesia. Pun juga bisa menciptakan berbagai peluang ekonomi usaha baru bagi masyarakat dan karyawan yang bermukim di sekitar kawasan. Jenis-jenis usaha baru seperti mini market, kios kelontong, toko sembako, usaha kost, jasa laundry, jasa perbengkelan, rumah makan, jajanan kuliner jual mobil/motor bekas dan bahkan startup.

Adalah Iswanto Masirete (29). Warga asli Desa Bahodopi, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yang baru saja mengakhiri masa lajangnya. Ia mendirikan usaha startup pertama di Kabupaten Morowali.

Bukan tanpa alasan ia mendirikan usaha itu. Sejak muncul dan beroperasinya kawasan PT IMIP yang mendorong arus migrasi puluhan ribu warga dari sejumlah daerah di Indonesia ke Kabupaten Morowali khususnya di Kecamatan Bahodopi, kebutuhan pun semakin beragam yang memicu munculnya budaya konsumtif di kalangan warga.

Untuk memenuhi kebutuhannya yang makin variatif itu, selain membeli dengan cara tunai, warga (termasuk karyawan) juga kerap melakukan aktivitas hutang piutang di toko-toko kelontong. Kebiasaan ini dilakukan hampir di setiap akhir menjelang gajian bahkan ada juga yang melakukannya di awal-awal usai gajian.
Meski memberikan keuntungan buat para pemilik toko, namun hal ini juga terkadang menimbulkan kerugian. Apalagi, dari beberapa cerita pemilik toko, beberapa oknum costumer mereka lalai dan bahkan tidak melunasi kewajibannya. Apalagi, Banyak diantara costumer itu yang berpindah tempat (kost) tanpa memberitahu si pemilik toko.

Peluang inilah yang kemudian dilirik oleh Iswanto yang sempat selama empat tahun mengenyam pendidikan dan bekerja di Kawasan PT IMIP. Ia lantas mendirikan usaha startup yang diberi nama trolibahodopi. Bisnis startup yang dikelola Iswanto, adalah sebuah layanan jasa pembayaran yang berbasis kartu tanpa uang tunai dan tanpa top up. Untuk tahap awal, bisnis ini dikhususkan bagi karyawan yang bekerja di Kawasan Industri PT IMIP. Iswanto menyebut sistem kerja trolibahodopi dengan istilah "Ambil Dulu, Bayar Nanti". Usaha ini mirip seperti usaha kartu kredit atau credit card, dimana konsumen bisa melakukan pembelian barang dan atau jasa menggunakan kartu.

Sistem kerja trolibahodopi adalah menggunakan kartu belanja yang dikoneksikan dengan rekening gaji karyawan yang menjadi member di trolibahodopi. Setiap bulan, gaji para member akan terpotong secara otomatis sesuai jumlah tagihan transaksi atau belanja yang mereka lakukan. Pemotongan dilakukan oleh pihak bank pengelola gaji karyawan. Bagi Iswanto, upaya ini bisa meminimalisir kredit macet dari para costumer.
"Untuk saat ini layanan yang telah kami sediakan yaitu belanja sembako (trolisembako), membeli atau kredit handphone (troliphone). Belanja elektronik (trolielektronik), bersantai atau belanja kuliner (trolikuliner). Layanan laundry (trolilaundry). Beli dan atau kredit motor (trolimotor), belanja kosmetik (trolikosmetik)," kata Iswanto.

Ke depan, kata Iswanto, masih di bawah bendera usaha yang sama pihaknya berencana membuka layanan troliFINANCE (pinjaman uang tunai dengan limit terbatas, bunga 0% dengan syarat dan ketentuan berlaku) dan Layanan Brilink tanpa tambahan biaya admin dan lain-lain.
Iswanto mengatakan, ada sejumlah kemudahan yang akan diperoleh jika menjadi member trolibahodopi. Diantaranya, belanja praktis dan nyaman karena tak perlu membawa uang tunai. Belanja mudah cukup dengan menunjukkan kartu belanja trolibahodopi. Dapat membantu karyawan ketika membutuhkan dana di waktu mendesak. Selain itu, pembayaran dilakukan secara otomatis dan tidak ribet.

"Terkait legalitas, kami telah memiliki Ijin Usaha Mikro dari lembaga OSS atau Badan Koordinasi Penanaman Modal secara online. Dan perlu diketahui juga, saat ini kami masih fokus pada karyawan untuk menjadikan mereka sebagai member. Namun dimasa mendatang, kami akan merambah sampai ke masyarakat umum," jelas Iswanto.

Berdiri pada Agustus 2020, kata Iswanto, trolibahodopi telah resmi beroperasi atau mulai melakukan transaksi. Sampai hari ini (27/01/2021), lebih dari 500 orang telah terdaftar sebagai member. Mengulik data perusahaannya, terhitung sejak Agustus 2020, jumlah transaksi di Trolibahodopi naik secara signikan. Pada awal berdiri, data transaksi, Agustus 2020 trolibahodopi mencatat sekitar Rp 5 juta. Pada September 2020, transaksi yang masuk sekitar Rp 16 juta. Pada Oktober 2020 transaksi yang masuk naik diangka Rp 78 juta. Pada November 2020, jumlah transaksi berada diangka Rp 200 juta. Dan pada Desember 2020, jumlah transaksi yang tercatat sebesar Rp 250 juta.

Seperti Kacang Yang Tak Lupa Akan Kulitnya
Kisah sukses berwiraswasta juga dituturkan Haeruddin (33), pemuda asal Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Takalar. Berbeda dengan Iswanto yang memilih resign sebagai karyawan di PT IMIP untuk bisa fokus membangun bisnisnya, Haeruddin tetap bangga menyandang status karyawan di PT Sulawesi Mining Investment (SMI), sembari menjalankan bisnis travel agency dan jual beli motor bekas.
Om Rul sapaan akrab Haeruddin, sejak Mei 2019 tercatat sebagai karyawan di PT SMI, Departemen Bijih Nikel, Divisi Pembongkaran Ore. Sebelum bekerja di dalam kawasan PT IMIP, Haeruddin berjualan kue, ikan, dan menjadi buruh di salah satu perusahaan kontraktor, sejak kedatangannya di Bahodopi pada akhir tahun 2018 lalu.

Haeruddin adalah tipe pekerja keras. Ia adalah sosok pejuang keluarga. Hal itu tercermin dari kesehariannya yang menerapkan kedisiplinan dalam soal waktu. Baik untuk pekerjaan, keluarga, dan lingkungannya. Haeruddin bukanlah tipe orang yang cepat berpuas diri. Dengan kejelian dan darah pedagang yang mengalir dalam dirinya, ia kemudian mendirikan bisnis jasa di tempat ia berdomisili, Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi.

Bisnis yang pertama kali didirikan adalah travel agency. Usaha ini didirikan pada tahun 2019. Pada awal pendirian, hanya beberapa pemilik mobil atau driver yang menitipkan kendaraannya agar bisa dicarikan penumpang. Seiring berjalannya waktu, satu persatu para pemilik mobil telah menaruh kepercayaan terhadap Om Rul.

Saat ini bisnis travel yang ia didirikan telah memiliki 15 armada. Dua unit milik pribadi, sisanya adalah driver atau pemilik kendaraan menempel di bendera travel agency-nya. Soal omzet, dari bisnis jasa tersebut bisa dikatakan cukup besar. Dari pengakuannya, bisa sampai Rp 30 juta perbulan.

Di masa-masa pandemi Covid-19, bisnis jasa yang ia kelola itu mengalami paceklik. Omzetnya sangat jauh menurun. Saat itu, Om Rul lantas berinisiatif membuka bisnis baru dalam bidang jual beli motor bekas. Demi memulai bisnisnya itu, ia rela melelang motor miliknya. Motor itu terjual dengan harga Rp 6 juta. Sebagian gajinya juga disisipkan sebagai tambahan modal. Dari situ, kemudian ia membeli dua unit motor yang menjadi cikal bakal dari Qinaya Morowali Motor dan Travel.

"Di awal itu saya sempat rugi. Unit yang saya beli harganya Rp 4,6 juta. Saya jual Rp 3,6 juta. Karena ternyata sedikit ada kerusakan. Saya rugi satu juta rupiah. Tapi, nasehat ayah saya yang membuat saya tetap maju. Kata dia, dalam bisnis untung itu rezeki, kerugian adalah keuntungan yang tertunda," urai ayah tiga anak itu.

Kegigihan dan kesabaran karyawan operator loeader ini, patut menjadi teladan. Karena kerja keras membangun bisnis, setiap bulannya ia mampu menjual sampai 25 unit motor. Jika dirata-ratakan, setiap bulan omzet yang diperoleh dari penjualan motor itu sebanyak Rp 175 juta. Angka itu sudah termasuk dengan modal pembelian setiap unit motornya serta biaya perawatan masing-masing unit."

Untuk mendapatkan unit motor yang akan dijual, saya bekerjasama dengan agen jual beli motor bekas yang ada di Kota Jakarta, dan beberapa relasi bisnis juga di Kota Makassar. Dan yang mesti dicatat, semua unit motor yang dijual, semua lengkap dengan surat-surat (BPKB dan STNK)," jelas Haeruddin.

Saat ini, Haeruddin alias Om Rul bisa dikatakan sukses secara finansial dengan bisnis yang ia jalankan. Telah banyak masukan dari beberapa keluarga, teman, dan rekan kerjanya supaya dia memfokuskan diri pada bisnisnya itu. Namun hal itu tidak lantas membuat dirinya memilih hengkang dari pekerjaannya sebagai karyawan di Kawasan Industri PT IMIP.

"Sudah banyak yang bertanya, kenapa tidak resign saja? Perlu digarisbawahi, saya bisa seperti sekarang ini karena PT IMIP. Saya juga ingin hidup seimbang. Saya bisa memerintah, dan saya juga ingin diberikan perintah," tegas Om Rul. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun