Oleh Bude Binda
Kemarin saya naik colt kota dan jumpa dengan Bu Guru SD teman ibu saya. Seperti biasa kalau ketemu teman ibu, bersalaman tanya kabar. Dan muncullah pertanyaan. "Ngajarnya di mana Mbak?". "Di Aribaya Bu". "Jauh banget". "Tidaklah, hanya 7 kilometer dari Singomerto". "Sudah lama ya Mbak, di sana?". "Sudah sejak 1997 Bu, sudah 14 tahun". "Wah kalau pindah langsung ke kota dong". "Saya lebih senang di gunung Bu, kalau di kota banyak yang mau ngajar, kalau di gunung tenaga saya lebih dibutuhkan".
Entah sudah berapa kali orang bertanya demikian pada saya. Mengapa masih terus mengajar di gunung, kok jauh banget, mengapa belum pindah. Dan seterusnya yang senada dengan itu. Nah pertanyaan saya mengapa pilihan saya untuk tetap mengajar sekolah yang ada di gunung selalu ditanyakan orang. Bahkan kadang dianggap aneh dan bodoh. Bukankah sudah seharusnya kita mau mengajar di mana pun. Justru anak-anak gunung itu sangat memerlukan sentuhan dan didikan. Kalau semua guru maunya mengajar di kota siapa yang mau mendidik mereka?
Saya berangkat dari rumah jam 6.15. Naik colt kota, turun ganti mikrobus. Sebenarnya jarak sekolah dari rumah hanya sekitar 10 km. Namun karena berupa pegunungan, jalan menanjak, maka orang selalu beranggapan tempat mengajarku jauh.
Ada juga teman yang selalu ribut tempat mengajarnya jauh dan ingin pindah walau baru dua tahun mengajar di sana. Padahal jarak rumah dan sekolah hanya 7 kilo meter. Lebih dekat dari pada rumahku. Yah orang memang beda-beda menyikapi suatu tugas. Bagiku menjadi guru tidak sekadar mencari uang, namun juga ada pengabdian dan dedikasi serta idealisme di sana.
Jadi aneh juga  kalau orang masih beranggapan aneh padaku yang betah bertugas di gunung, bukankah sudah seharusnya kita punya pikiran untuk mengabdi di tempat yang agak jauh yang membutuhkan sumbangsih kita? Masa semua orang maunya pragmatis mengajar di tempat yang dekat dan maunya gajinya yang banyak.....duh.
Semoga masih banyak orang-orang aneh yang mau mengabdikan dirinya di tempat yang jauh dari kota, bahkan terpencil di Papua, di Rote, di Miangas, di Pulau We, di Karimunjawa......di seluruh pelosok Indonesia. Dan saya percaya masih sangat banyak orang baik dan idealis di Indonesia. Negara ini masih akan terus berdiri dan sumbangsih kita sekecil apa pun jika setulus hati akan mewarnai negeri dan membawa kemajuan Indonesia.......
BUDE BINDA
Banjarnegara, Rabu 8 Juni 2011