Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Janji yang Ditepati

22 Februari 2012   12:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Bude Binda

Pagi tadi sebelum masuk kelas saya mengeprint/mencetak dulu soal ulangan yang sudah saya tulis di rumah namun belum sempat saya print. Saat masih di ruang komputer Tata Usaha itu, datang Pak Supri guru Fisika yang membantu kami  mengajar di sekolah saya dua hari seminggu. "Bu, Pak Ruji sudah datang belum?". "Belum, ada apa Pak?". "Ini saya mau titip buku yang beliau pinjam". "Diletakkan di mejanya saja Pak". "Wah, saya titip ke Ibu saja". "Memang pak Supri hari ini mengajar di sini atau di Tlagawera?". "Saya hari ini ke sana Bu, makanya saya titip buku yang mau dipinjam Pak Ruji". Deg...saya terkejut. "Pak Supri nggak ngajar di sini kok  bukunya nggak dititipkan saja Pak?". "Saya sudah ke rumah Pak Ripto,  sudah berangkat, jadi ya saya antar ke sini. Saya kan sudah janji mau meminjami buku ini hari ini Bu".

"Waduh Pak Supri, jenengan melas temen, ma kasih ya Pak, Bapak baik sekali". "Tak apa-apa Bu, saya biasa ke Batur".

Rupanya Pak Ruji kepala sekolah saya  meminjam buku pada Pak  Supri yang berjanji mau meminjaminya hari ini. Saya terharu, sedemikian patuhnya pada janji itu hingga saat yang mau dititipi sudah berangkat beliau datang ke sekolah saya, padahal  setelah itu masih akan berangkat ke sekolahnya tempatnya mengajar di SMP satu atap di Tlagawera.

Kalau bukan Pak Supri tak akan seheroik itu, mungkin di SMS saja supaya diambil  sendiri  oleh Pak Ruji atau dititipkan nanti siang. Itulah bedanya orang yang menepati janji dan berkomitmen dengan orang yang biasa-biasa saja. Kesan itu membuat saya  terharu.

Pak Supri dulunya pernah bertugas di Batur, daerah di arah utara  timur Banjarnegara yang dari Banjarnegara jaraknya sekitar 50-60 km. Tak heran bagi beliau datang ke sekolah saya  yang jaraknya dari Banjarnegara sekitar 12 km, untuk memudian turun lagi dan pergi ke sekolahnya tidaklah jauh.

Saat saya masih terkesan dengan Pak Supri, saya pun mengajar di kelas 7B yang saya jadi wali kelasnya. Selesai jam pelajaran saya jam 3-4, bel berdentang saya pun mengucap salam dan melenggang ke luar kelas. Seorang anak ikut keluar dan memanggil saya, "Bu , saya mau menabung". "O, ya yuk ke kantor saja, biar dicatat di buku". Saya pun bertanya "Eka mau nabung berapa?". "Mau ambil sepuluh ribu Bu". "Untuk apa uangnya?". "Untuk beli SUN Bu". "Apa    itu SUN?". "SUN Makanan bayi Bu, buat adik saya" "Adiknya usia berapa, o SUN yang bubur bayi itu?" "Adik 3 bulan Bu, ya SUN makanan bayi, saya disuruh Ibu beli SUN, tapi Ibu lupa belum ngasih uang".

Begitulah sambil bercakap kami pun berjalan dan sampai di kantor. Eka mengambil tabungannya sepuluh ribu rupiah. Ia dititipi ibunya untuk membeli makanan bayi, dan ibunya lupa belum memberi uang karena Eka tergesa-gesa berangkat sekolah takut terlambat. Maklum  rumah Eka di Nagasari yang kalau berjalan kaki ditempun dalam waktu antara 1,5-2 jam.

Lucunya setelah mengambil tabungannya, Eka ganti menabung Rp2.000 dengan uang recehan 500-an 4 keping. Saya pun serius mencatat dan menerima uang tabungannya walau geli. Kok tidak ambil delapan ribu saja.....he...he...!

Hari ini Pak Supri dan Eka sudah memberi pelajaran yang  berharga bagi saya dan mereka telah sukses membuat saya terharu dan mata berkaca-kaca.......

BUDE BINDA

Rabu, 22 Februari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun