Mohon tunggu...
Jemilov
Jemilov Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Terdiam bukan berarti menyerah, hanya sekedar merenung mengevaluasi diri dan menyusun kepingan asa yang sedikit melemah.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Saatnya Masyarakat Papua menjawab tantangan perang terbuka OPM.

2 Juni 2015   15:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Miris! Itu yang terbersit di pikiran saya mengenai Tantangan perang terbuka yang di ucapkan oleh salah satu petinggi OPM, Puron Wenda.

“Mulai sekarang kami nyatakan perang revolusi total dari sorong hingga merauke, yakni perang secara terbuka terhadap semua orang Indonesia yang ada di tanah papua”. (Sumber: Viva.co.id)

Sebagai permulaan pembuktian tantangan perang OPM terhadap indonesia dimulaii dengan menembaki enam warga sipil di distrik mulia, kabupaten puncak jaya dan menyandera anggota TNI di kabupaten Painai.

Seperti layaknya anak-anak yang sedang main perang-perangan, maka akan dengan mudah menyatakan “Kita perang!” tanpa memikirkan berapa, siapa yang akan menjadi korban dari keegoisan sekelompok orang yang mengatasnamakan ras papua.

Hampir di setiap pertikaian yang menjadi korban adalah kita, seorang yang tidak tahu apa yang terjadi. Seseorang yang hanya ingin hidup damai agar bisa menyusun harapan untuk masa depan anak cucu kita. Jika setiap perang adalah solusi maka akan dipastikan tak akan ada air mata, duka dan kehilangan.

Cukup kita melihat saudara kita di timur tengah yang mengalami ketidakpastian masa depan akibat perang. Belum lagi luka mendalam karena kehilangan, kesedihan dan ketakutan itu akan terus bersemayam dalam benak orang-orang sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Mereka tidak akan bisa memikirkan harga pangan yang semakin meroket harganya, berteriak-teriak kepada pemerintah meminta kenaikan UMR sesuai dengan tuntutan mereka, atau bahkan melakukan demo karena pemimpinnya berbeda etnis dengan mereka. Tak akan ada. Karena yang paling mahal itu ternyata rasa aman. Rasa yang paling banyak dibutuhkan umat manusia untuk bisa menata hidupnya.

Cukup dengan kata terimakasih karena pemerintah kita menjamin rasa aman untuk setiap warganya. Lalu bagaimana jika justru genderang perang itu ditabuh oleh sesama warga indonesia yang membelot, masihkah negara akan memberikan rasa aman kepada orang tsb?.

Perang akan selalu dan dipastikan merenggut masa depan banyak orang yang tidak bersalah. Pernahkah terpikirkan oleh anda bagaimana kehidupan orang-orang korban perang?. Mereka kehilangan banyak hal, dan yang lebih parah adalah kehilangan harapan.

Bukankan selama ini kita hidup dengan banyak harapan!

Ketika kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan kita, masih terus kita berharap akan selalu ada hal baik. Entah saat ini, besok atau lusa. Tentu saja tidak dengan kata pasrah saja tapi juga ikhtiar dan doa. Bukankah itu yang sering kita dengarkan! Tapi banyak yang tidak melakukan. Yang selalu terdengar hanya mengeluh, dan mengeluh. Apakah kita akan kenyang dengan mengeluh?

Pada awal mei lalu, Presiden Jokowi mengunjungi Papua dan membebaskan Tapol disana. Dalam pernyataan Presiden yang menyatakan Papua aman menurut Puron tidak mencerminkan kondisi Papua yang sebenarnya. Karena beberapa peristiwa justru menunjukkan warga papua masih kerap ditindas, ditangkap dan diamankan atas aspirasinya.

“Karena Presiden mengklaim Papua aman, jadi kita hajar sipil, pengusaha kioskah, tukang ojekkah, buruh bangunankah, PNSkah yang penting pendatang” Ujar puron.(Viva.co.id)

Miris! Kedua kalinya. Ketika menghilangkan nyawa manusia menjadi hal yang mudah. Dimanakah para penggiat HAM yang selama ini selalu lantang menyuarakan hak-hak manusia? Apakah karena yang melakukannya orang-orang OPM lantas mereka tiarap terhadap apa yang selama ini mereka lakukan? Ataukah karena adanya kesamaan donatur? sehingga mereka berusaha menutup mata, ‘takut’ jika tak ada aliran dana ke kas mereka.

Bahkan ketika itikad baik presiden menyatakan papua aman agar menarik minat investor untuk investasi disana. Tentu hal ini akan menggerakkkan roda perekonomian Papua agar menjadi berkembang dan semakin maju. Bukan tidak mungkin disaat nanti kemajuan perekonomian di papua mengalahkan daerah-daerah lain yang sudah lebih dulu bergerak.

Bukankah kita sudah mendengar komitmen Presiden untuk memajukan masyarakat papua dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur agar menunjang sektor ekonomi. Lalu jika sebagian warga papua malah menabuh genderang perang, masihkah ada orang yang mau membangun papua ketika mereka tahu keamanan mereka tidak pasti?

Bukankah kerja-sama semua pihak akan menghantarkan suatu bangsa pada kemajuan? Jika tak ada kerja-sama, hal itu mustahil terwujud!.

Satu sisi pemerintah menjamin rasa aman, di sisi lain sebagian masyarakat asli papua malah memberikan teror ‘kematian’ kepada pendatang. Sementara pembangunan tidak akan terjadi jika tidak ada pendatang. Bukankah dengan adanya pendatang, pribumi bisa belajar dan berkompetisi banyak hal untuk memajukan daerahnya!.

Ketika OPM terus menebarkan teror dan ancaman di bumi cendrawasih, bisakah pembangunan infrastruktur, pendidikan dan laju perekonomian terus berkembang? Saya rasa tidak! Karena semua yang dilakukan akan di halangi oleh mereka (OPM). Siapa yang dirugikan? Negara dan masyarakat papua tentunya. Laju pertumbuhan mereka akan terus terhambat dari sektor apapun. Bahkan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan tetap sulit terjangkau karena faktor keamanan.

Sementara pimpinan OPM, mereka bisa hidup layak bahkan lebih baik. Karena mereka biasanya tinggal di luar negeri. Tentu saja, pemberontak yang merupakan kepanjangan tangan mereka hidup dari merampas harta penduduk setempat, atau bisa juga minta dengan paksa terhadap warga pribumi untuk ikut menjadi bagian dari mereka.

Miris! Karena dalang dari pemberontak itu sendiri tidak akan mau tahu bagaimana sesungguhnya susahnya hidup bersembunyi di hutan-hutan. Tanpa masa depan yang pasti. Bahkan mungkin tanpa keluarga.

Apalagi dalang dari dalang-dalang tersebut, akan lebih menguntungkan jika tujuan mereka tercapai. Bukankah mereka akan senang ketika NKRI terpecah-pecah! Tertawa terbahak-bahak. Sementara masyarakat papua masih terus terseok-seok membangun harapan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun