tapi ketubannya telah pecah
menyebar ketakutan,
mendulang ragu pada tanah
enggan menerima raga yang semula berasal dari debunya
Lalu ekonomi ini stagnan
roda kehidupan seolah terganjal
kucuran keringat mencecar mata
sulit terlelap, banyak bayangan gelap untuk masa depan
Dalam rintih dan kesulitan itu
aku yang tak begitu dikenal duduk beringsut
mengajak isi rumahku untuk menyebutmu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!