Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demi Keadilan

25 September 2019   12:07 Diperbarui: 25 September 2019   12:19 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mari berbicara
tentang langit yang mengering
dan asap yang membumi
di mana kaki kita berpijak

di pelosok timur saudara menjadi lawan
kabar siraman ibarat solar yang menjalar
nyawa bukanlah sebuah barang mahal
itu hanya sebuah wacana bergumpalan mahar

Mari merenung
saat mahasiswa mendengar suara dewa
membawa petuah dari tangan rakyat
gas airmata berperang atas nama keadilan

kaum terpilih duduk dan mendengar
audiensi publik seolah lampu suar
di tengah karang yang terlihat dalam kesuraman
haruskah?

bila tumbuh korban
bila lenyap nyawa
karena peran sang anarki?
Inilah bumi yang penuh keadilan!

Kain hitam bersorban airmata
mencela kata yang bersenandung riang
di tengah pilunya suara petani
dan kereta kencana yang melaju kencang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun