Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Metaverse to Indonesia, Siapkah?

16 Januari 2022   22:04 Diperbarui: 16 Januari 2022   22:07 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Metaverse( Deetal/Pinterest)

Metaverse kian membuat dunia " menggeliat", semua orang semua bangsa berlomba mengikuti kehebohannya. Seakan tak mau dianggap ketinggalan zaman, siap tak siap ikut larut dalam dunia " antah berantah".  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menilai era tersebut bisa menjadi kesempatan bagi millennial dan generasi Z untuk berkembang. 

"Melalui metaverse, pengusaha dapat membuka peluang tanpa batas untuk meraih banyak keuntungan dengan cara yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan," kata Sandiaga Uno. 

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan, Indonesia berpeluang besar dalam pengembangan metaverse dunia karena memiliki keunggulan nilai-nilai luhur bangsa dan kearifan lokal. Senada dengan Menteri Johnny, pengamat teknologi dan inovasi, Indrawan Nugroho mengatakan, metaverse Indonesia perlu didesain sejak awal berbasis kearifan lokal dan nilai-nilai luhur bangsa. 

"Kita tidak ingin menduplikasi metaverse versi negara lain, metaverse kita harus bisa jadi daya ungkit eksponensial untuk beragam potensi besar yang ada di negeri tercinta ini," ujar Indrawan.

Proyek IKN juga tak mau ketinggalan, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam rapat bersama Pansus IKN di Jakarta, Kamis (13/1/2022) mengatakan,"Kita kemarin sudah luar biasa heboh dengan hologram tapi sekarang sudah ada dan kami sedang mempersiapkan IKN bentuk metaverse,". 

Suharso mengatakan, saat ini telah ada tim yang menyusun metaverse untuk IKN baru ini yang ditargetkan selesai dalam empat bulan ke depan. Dengan demikian, masyarakat bisa mengenal lebih dekat desain, konsep dan rancangan IKN. "Mudah-mudahan dalam empat bulan kami di Bappenas bisa menunjukkan kira-kira IKN kalau jadi seperti ini. Jadi bukan lagi dalam bentuk maket dan hologram," terangnya.

Metaverse booming setelah bos Facebook, Mark Zurckerberg mengganti Facebook menjadi Meta yang artinya Metaverse. Dunia virtual yang menawarkan semua kesenangan atau kegiatan ala dunia nyata. Tak hanya itu, bahkan bisnis untuk mengembangkan kekayaan bisa dilakukan secara virtual. 

Alasan awal karena masa pandemi membatasi pergerakan manusia, hingga merobohkan tatanan sosial dan perekonomian. Semua aktifitas manusia dialihkan dari dunia nyata menjadi online atau dunia Maya. Maraklah work from home, sekolah daring dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang yang mungkin di dunia nyata sulit diwujudkan dengan Metaverse akan bisa terwujud. 

Tapi benarkah Indonesia siap dan seberapa penting hari ini untuk kemajuan Indonesia? Sebab, setiap negara tidak sama dalam hal kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya. Terlebih lagi, hari ini sebenarnya dunia belum benar-benar baik-baik saja, karena masih ada ancaman varian baru virus Corona, seperti Omicron dan Deltacron. 

Di beberapa negara dunia angkanya penyebarannya cukup mengerikan, belum ada penanganan yang memberikan hasil signifikan sehingga masih ada kemungkinan penyebarannya meluas. Bukankah sebaiknya fokus dulu pada masalah ini? Namun memang bukan negara kapitalis namanya jika tidak pandai memanfaatkan peluang emas ini. Jikapun harus melakoni berbahagia di atas penderitaan orang lain, tak mengapa asalkan cuan tetap bisa di dapat. 

Lihat saja, selama pandemi praktik permainan harga dan penimbunan barang makin marak, entah itu masker, hand sanitizer, bahkan ada pejabat yang serius bisnis alat tes PCR. Doa mereka pastilah pandemi jangan pernah berakhir, agar pendapatan merekapun tak berakhir.

Pelayanan kesehatan yang buruk, bahkan hingga dibisniskan, makin memperparah keadaan. Banyak nyawa terenggut karenanya. Pemakaman membludak, pemerintah hanya bertahan pada PPKM, cuci tangan, pakai masker dan hand sanitizer. 

Banyak kepala keluarga yang tak bisa lagi menafkahi keluarganya, harga barang kebutuhan pokok dan biaya hidup kian naik, pengangguran bertambah, sekolah kian mahal, kesehatan memburuk dan pemerintah sibuk bergabung dengan Metaverse. 

Untuk siapa Metaverse hari ini, dan dengan ketidaksiapan teknologi yang ada berikut SDMnya yang masih berkutat pada buruknya kesehatan masihkan butuh kengototan ini diteruskan? Sungguh, kita butuh pemimpin yang paham akan amanah yang ada di pundaknya, yaitu rakyatnya. Rasulullah mendoakan pemimpin yang tak sayang rakyatnya," Ya Allah, siapa saja yang memimpin (mengurus) urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia". (HR. Muslim No 1828).

Dan pemimpin yang sayang umatnya tak akan lahir dari sistem kapitalisme ini. Sebab, asasnya adalah memisahkan agama dari kehidupan. Buktinya mereka tak takut azab Allah ketika mereka abai terhadap rakyatnya dan berkeras mengikuti perkembangan zaman meskipun tak memiliki tujuan pasti dan kemampuan. 

Metaverse bagian dari kemajuan sains dan teknologi yang Islam tidak antipati dengannya. Bahkan setiap kemajuannya yang dicapai hari ini oleh bangsa Eropa awalnya dari dunia Islam. Hanya saja sejarahnya yang dikubur oleh kafir barat akibat kebenciannya dengan Islam. Dalam hal penemu vaksin misalnya, tentu orang hanya mengenal Edward Jenner yang membuat vaksin untuk variola atau cacar yang dibuat untuk mencegah penyakit variola yang sangat mematikan, 1796. 

padahal Ar-Razi atau yang terkenal dengan nama Rhazez, hidup antara tahun 864 -- 930, ratusan tahun sebelumnya yang menemukan pertama kali. Kemudian dikembangkan oleh ilmuwan Turki. Namun, kemajuan sains dan teknologi ini bukan untuk dikapitalisasi. Melainkan untuk kemaslahatan umat, agar tetap bisa nyaman beribadah kepada Allah. Jikapun rakyat menjadikannya sebagai industrial akan dikembalikan kepada rakyat berupa pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Semua diterima rakyat dengan gratis.

Dampak buruk Metaverse jika terus tanpa adanya perubahan sistem, dari bukan Islam menjadi Islam. Manusia akan terkotak-kotak, benar-benar tak mengenal satu sama lain, akhirnya tak ada lagi kewajiban amar makruf nahi mungkar. Karena kebutuhan setiap individu dicukupkan di Metaverse. Dampak berikutnya akan rusak tatanan masyarakat, karena pernikahan, memiliki anak, pembagian waris dan lainnya sudah dilakukan secara virtual. Peradaban akan rusak. Karena akhirnya bukan standar halal haram yang dilakukan. 

Kebebasan tanpa batas meskipun khayali, makin memperparah kebebasan tanpa batas yang sudah ada di dunia nyata hari ini. Akankah kita berharap ada kesejahteraan hakiki? Kemajuan sains dan teknologi semestinya untuk memudahkan urusan manusia, bukan sebaliknya malah manusia yang diperbudak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun