Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sahabat Pena Sahabat Dunia Maya

28 September 2021   23:48 Diperbarui: 28 September 2021   23:52 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Desain Pribadi/pixellab

Menatap kembali deretan foto di album membuat pikiran melayang ke puluhan tahun ke belakang. Sampul album foto ini memang telah usang, namun kenangan saat menatap wajah satu persatu tak pernah usang. Ada sedikit terlupa, namun tak terlalu payah menariknya kembali. 

Ya, sahabat pena, sahabat dunia maya. Korespondensi. Pertemanan berbekal selembar kertas, amplop dan perangko terkirim ke berbagai belahan dunia. Darinya aku mengenal dunia tulis menulis. Dan panggilan yang paling merdu saat itu adalah suara tukang pos, dalam sehari bisa terima 2-5 pucuk surat. 

Saat itu usiaku masih sepantar dengan anakku nomor dua , SMP kelas 1 sekira 13 tahunan. Karena sekolahku di kecamatan, maka kost jadi alternatif utama. Selain hemat biaya transportasi juga energi. Saat itulah muncul keinginan membunuh sepi sendiri di kamar kost dengan melakukan sesuatu yang asyik. Namun tak ingat lagi dari mana awalnya aku memulai menulis surat, yang penting ketika itu mata berubah menjadi hijau ketika melihat deretan foto dan identitas pemilik foto di majalah. 

Tak tahu pula siapa sahabat pena pertama yang aku surati, namun cukup kagum dengan keberanian (baca: nekat) yang kumiliki untuk mulai menginventarisir data pribadi di foto-foto itu, mengiriminya surat perkenalan dan secara berkala akhirnya saling bertukar balas dengan surat. Namun kegiatan itu lama-lama menjadi hobi dan nagih. Dari sahabat pena dalam negeri, beralih ke luar negeri. Dengan bahasa Inggris belepotan pula. 

Dari kegiatan itu jadi tahu apa yang menjadi kegiatan mereka di belahan tempat yang lain. Seringkali berangan-angan bagaimana jadinya jika ada kesempatan bertemu langsung? Akankah seramai percakapan dalam surat? Mungkin hanya foto-foto yang mewakili keinginan itu, karena hingga kini hanya beberapa dari puluhan sahabat pena yang bisa benar-benar bertemu secara phisik. 

Ada sahabat dari Manado, yang dengan setia mengirimi beritanya sejak kami SMA hingga ia menikah dan memiliki anak, ketika kutanya mengapa tidak kuliah, jawabnya tradisi keluarga kami memang begitu kak, anak perempuan harus segera menikah. Kemudian ia kirimi foto anaknya dari baru lahir hingga sudah mulai belajar jalan. 

Ada pula sahabat dari Bandung, pecinta alam bebas, selalu mengirimi foto pendakiannya, terakhir ia mengirim foto ketika ada di puncak Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Tak jelas mengapa kemudian hubungan kami terputus, mungkin karena sama-sama sudah kuliah dan disibukkan oleh kegiatan kuliah. 

Banyak lagi, dari Magetan, Semarang, Pekalongan, Jakarta, Batam, Bangka, Bali, Makasar, Yogyakarta, Balikpapan, Lombok, dan lainnya bahkan dari Jepang. Aku berkenalan dengan Mr Hiro begitu dia menyebut namanya saat dia berkunjung ke Indonesia karena urusan bisnis dan kebetulan lewat depan kostanku, saat itu ibu kostku sedang ada hajat pernikahan , bisa jadi bule Jepang itu tertarik dengan adat Jawa yang saat itu sedang dihelat, saat dia mengambil foto kuberanikan berkenalan. Amazing! Dia memberikan dan meminta aku mengiriminya surat.

Waktu itu, aku segera berkirim kartu pos dengan panorama gunung Bromo sebagai latar belakang. Sebagai balasannya Mr Hiro mengirimiku kartu pos berlatar belakang panorama kuil-kuil di Jepang, gunung Fuji dan deretan sakura yang bermekaran. Hem..makin tertantang, namun entahlah, apakah bahasa Inggrisku memang bisa ia mengerti tanpa penerjemah atau ia asal balas saja, ah, konyolnya masa muda itu..

Terakhir, bertemu dengan Mr Hiro saat aku SMP kelas tiga, ia mengirim sopirnya untuk menjemputku ke hotel dimana ia menginap, agak ragu juga, namun sang sopir meyakinkan bahwa tak ada maksud buruk, hanya akan berbagi hadiah, namun karena keterbatasan waktu Mr Hiro tak bisa kemana-mana. Sekali lagi, kenekatanku muncul, pikir naifku kalau bahaya bisa lari. Dan bersyukur, benar-benar Mr Hiro hanya membagikan hadiah, saat itu di tata di atas kasur, mulai dari tumpukan kartu pos, jam tangan, jus buah, sapu tangan, kue-kue, sweater dan pernak-pernik lain yang sebagian besar lupa. 

Satu hal yang kuingat benar, bahwa Mr Hiro mengatakan tak akan ke Indonesia lagi, rajin belajar dan semoga bisa suatu saat bisa kunjungi Jepang. Kudengar dari sopirnya saat mengantarku pulang, bahwa Mr Hiro sudah bercerai dengan istrinya yang di Indonesia dan bisnisnya pun selesai. Masyaallah, fakta itu baru bisa kucerna belakangan. Kawin kontrak yang marak terjadi di lingkungan perusahaan yang mempekerjakan orang asing. Baru kusadari pula setelah menjadi Muslimah, hal itu haram dalam Islam. 

Muslimah di negeri dengan mayoritas beragama Islam ini justru main tabrak saja aturan RabbNya hanya karena penuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Bisa karena memang tak paham agama, namun tak sedikit yang menganggap Tuhan Maha Pengampun dan mengetahui kesulitan mereka. Astaghfirullah...

Korespondensi terus berlanjut hingga di bangku kuliah, bahkan merambah ke hobi yang lain yaitu filatelli. Kala itu komunitasnya paling famous, kantor pos yang memfasilitasi. Setiap Minggu selalu saja ada acara, entah itu tukar perangko, lelang, pengumuman terbitan terbaru dan limited edition dari kantor pos. Semua menorehkan kenangan yang tak terlupa, sedih juga jika melihat anak zaman now, zaman dimana anak-anakku tumbuh dan berkembang, tak lagi minat dengan korespondensi berbasis kertas. 

Semua dilakukan dengan cara mengetik keyboard gadget, kertaspun berganti platform atau aplikasi. Memang banyak yang ditawarkan dari aplikasi pertemanan online namun nyatanya jika tanpa filter justru lebih banyak bahayanya. Ada ancaman radiasi yang sangat berbahaya untuk otak dan syaraf. Butuh edukasi dan pendampingan yang terus menerus agar anakpun bijak menggunakan gadged sekaligus mengatur waktunya. Mana prioritas dan mana secondary need. 

Pandemi makin mengokohkan penggunaan media sosial, dari sekolah, work from home dan lainnya. Mulai muncul berbagai pro dan kontra, marak pula konten creator tak amanah dengan mengunggah konten yang merusak, hingga live streaming upaya bunuh diri. Teknologi memang bak pedang bermata dua, satu sisi memudahkan urusan manusia namun sisi lain juga bisa membunuh eksistensi manusia itu sendiri. Dari teknologi kertas untuk saling berkirim kabar hingga kini bisa video call kapanpun dimanapun semuanya punya sisi baik dan buruk.

Namun satu hal yang jadi hikmah, manusia adalah makluk sosial, dimanapun berada selalu butuh kepada manusia yang lain, maka Islam memberikan panduan interaksi yang tak sekadar saling mengenal namun juga memberi perubahan dan produktif. Allah SWT berfirman dalam QS Al Hujurat : 13 yang artinya," "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Maka, mengenal banyak orang dari berbagai tempat itu mubah, demikian pula menjalin hubungan persahabatan juga mubah, namun alangkah bijak jika interaksi itu menjadi ladang dakwah juga. Dakwah untuk perubahan. Tak sekadar kepo atau pembunuh sepi. Wallahu a'lam bish showab.

#TemaTantanganMenulis

#KelasLiterasiIbuProfesional

#KelasLierasiIbuProfesional2021

#ibuprofesional2021

#ibuprofesionalforindonesia

#semestakaryauntukindonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun