Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Debt Kolektor Pencabut Utang atau Nyawa?

18 September 2021   23:46 Diperbarui: 18 September 2021   23:54 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi/pixellab

Yang hari ini sangatlah sulit diwujudkan. Rakyatlah yang paling banyak mengeluh, karena mereka ditekan dari berbagai sisi, biaya hidup sangat tinggi namun tak berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan, bagaimana tidak, rezim ini doyan utang, bukan sekedar debt kolektor tingkat kabupaten, tapi dunia, atas nama lembaga keuangan dunia. 

Bagian pembayaran bukan dari kantong mereka, tapi dari pajak. Segala rupa kena pajak, semakin hari rakyat terus diedukasi tentang pentingnya membayar pajak, bagian dari bakti kepada negara, cinta tanah air bahkan hingga warga yang baik adalah yang taat pajak. 

Kapitalisme memang meniadakan hukum kepemilikan, selama bisa diupayakan sejumlah modal untuk meraihnya maka jika nyawa bisa dimiliki akan dibeli. Maka bisa dibayangkan, ratusan hektar hutan, bermil-mil luas lautan, kandungan kekayaan mineral, di atasnya kekayaan hayati tak satupun bisa dinikmati oleh rakyat Indonesia, semua dibeli atas nama investasi. 

Sedangkan dalam Islam mengenal adanya hak kepemilikan individu, negara dan umum, yang masing-masing tidak boleh dilanggar sebab urusannya dengan halal haram yang ditetapkan syariat. Hal ini untuk menghindari dominasi, karena sejatinya negaralah yang punya kewajiban mengurusi urusan rakyat, tanpa ada perkecualian. Jika dikatakan sesuatu itu milik umum, maka haram menjadikannya kepemilikan individu sekalipun hartanya sebanyak air di lautan. 

Berutang juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir, jika landasannya sekuler, memisahkan agama dari kehidupan , maka otomatis perilakunya akan berkiblat pada gaya hidup hedonis, liberalis yang tak mau dibatasi oleh aturan, hingga makna kebahagiaan adalah sebanyak mungkin memenuhi kepuasan jasadiyahnya. Lupa bahwa tumpukan harta tak mampu menebus diri ketika terkatagori menentang syariat baik lisan maupun dzahir lainnya. 

Utang hari ini lebih kepada gaya hidup, menggeser sikap qonaah ( cukup). Kalau gak kredit ( utang yang berbunga) gak punya rumah, gak punya mobil, gak punya kendaraan, gak sama dengan tetangga, nanti dibully kalau di sebuah komunitas berbeda sendiri dan lainnya. Padahal setiap utang harus dibayar dan utang dengan tambahan riba seringkali nilainya jadi fantastis dibanding saat awal mengambilnya. 

Dan faktanya memang beda tipis antara mereka yang berutang karena kebutuhan atau gaya hidup, semua menuju pada akar persoalan yang satu yaitu tidak ada periayaan negara, sehingga sejahtera tak terwujud sedang ketidakadilan justru merajalela, bagaimana seorang anggota dewan bisa bergelimang harta, seorang pemusik bisa menjadi komisaris utama, seorang youtuber bisa monetisasi konten-kontennya meski seringnya malah meracuni pemikiran umat karena asal konten tanpa batasan syariat, korupsi menggurita, pelaku seks bebas berkeliaran dan tetap berkibar namanya di jagad medsos. 

Di saat yang sama rakyat mati karena lapar, bunuh diri karena putus asa, kehilangan nyawa karena tak mampu bayar utang , menjual istri untuk menafkahi keluarga dan lainnya. Tak inginkan keluar dari kubangan penderitaan dan kenistaan ini? Bukankah rezeki, ajal dan jodoh ada di tangan Allah, namun kausalitas sebab akibat tetap harus kita perhatikan, jika kita terus menerus jauh dari syariat bahkan menolaknya, bukannya itu penghianatan yang nyata, naudzubillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun