Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hajat Hidup Orang Banyak yang Tak Terurus

1 Agustus 2021   23:10 Diperbarui: 1 Agustus 2021   23:15 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Hajat Hidup Orang Banyak yang Tak TerurusPernah bepergian lantas ingin BAK/BAB ternyata menemukan toilet yang jauh dari kata layak? Entah itu di rest area, Pom Bensin, rumah makan , mall atau tempat wisata. Pasti perasaan seketika berubah kecewa, sudahlah hajat harus dituntaskan, saat-saat darurat, ternyata tak sesuai harapan.

Biasanya, air kran kering, tak ada tisu toilet, becek, bau, bekas BAK/BAB tidak disiram, pintu toilet yang lecek bahkan tak bisa ditutup, tempat wudhu tidak terpisah untuk pria dan wanita, tak jarang toiletpun tak ada sekat antara pria dan wanita, padahal ada keterangan sandal harus dicopot. Bagi perempuan jelas merepotkan karena harus membuka kaos kaki.

Budaya bersih memang belum menjadi jiwa masyarakat kita sehari-hari. Istinjak, berwudhu ataupun mandi bukan hal yang urgen bahkan dianggap tidak berhubungan dengan keimanan. Sungguh buruk! Sebab Rasulullah Saw saja bersabda,"Bersuci (thaharah) itu setengah daripada iman." (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).

Atau hadist yang lainnya "Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat mementingkan kebersihan dan memerintahkan umat Islam untuk senantiasa menjaga kebersihan. Dari sesuatu yang bersih kita bisa menilai kepribadian seseorang. Ibadah apapun selalu dikaitkan dengan kebersihan, baik bersih badan maupun pikiran. Kinerja seseorang akan lebih optimal ketika ia menjadi bersih.

Lantas mengapa budaya bersih seakan luntur dan tak menjadi keseharian kaum Muslim, malah di negara lain, kecanggihan teknologi sudah merambah urusan toilet? Mulai dari sensor badan, sensor air, toilet kering, pengelolaan air limbahnya dan lain sebagainya.

Fakta ini sebenarnya terbalik, ketika Eropa mendengar tentang kebersihan dari negara adidaya yaitu Daulah Khilafah kala itu, sedang dalam keadaan yang memprihatinkan. Sepanjang jalan akan banyak di temui kotoran manusia yang dibuang begitu saja saking buruknya pengetahuan mereka tentang kebersihan.

Semenjak abad ke-7 M, umat Muslim sudah menciptakan suatu cara hidup higienis yang mutakhir. Berdasarkan Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya berjudul, Technology Transfer in the Chemical Industries, kota-kota Islam semacam Nablus (Palestina), Kufah dan Basrah (Irak) telah memerankan sentra industri sabun."Sabun yang kita kenal hari ini merupakan warisan dari peradaban Islam," papar Al-Hassan. 

Al-Hassan menjelaskan, sabun yang terbuat melalui minyak sayuran, misalnya minyak zaitun beserta minyak aroma, mula-mula sekali diproduksi para kimiawan Muslim pada era kekhalifahan. Salah seorang sarjana Muslim yang sudah dapat menciptakan formula sabun ialah Al-Razi, ahli kimia dari Persia.

Sabun yang dicipta umat Muslim pada zaman kejayaannya telah memanfaatkan pewarna dan pewangi. Ada sabun cair dan ada pula sabun batangan. Bahkan telah tercipta sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut. Resep pembentukan sabun yang komplit tercatat di dalam salah satu risalah bertarikh abad 13 M.

Manuskrip tersebut mencantumkan secara terang serta detail metode pembentukan sabun. Bukti ini menampakkan betapa kehidupan Islam sudah jauh lebih maju dibandingkan peradaban Barat. Masyarakat Barat, terutama Eropa, diperkirakan baru mengetahui pembuatan sabun pada abad ke-16 M. 

Kini seakan tanpa bekas, bahwa nenek moyang kaum Muslim sedemikian canggih, hanya bermula dari hadist tentang kebersihan, maka mereka sangat berkeinginan kuat agar hadist itu benar-benar bisa diterapkan. 

Bisa jadi, karena kini Islam tidak lagi berkuasa, gambaran kesempurnaan penerapannya kabur karena diterapkannya sistem sekuler. Islam hanya dikenal sebagai agama pengatur ibadah seseorang. Padahal, Islam adalah solusi, terciptanya sabun sebagai alat untuk menjaga hidup tetap bersih itu hanya satu dari sekian bukti. 

Kini berganti dengan simbol Islam adalah kotor dan jorok, menjaga hajat hidup orang banyak saja tak mampu. BAK/BAB jika tak tertangani dengan ilmu dan dedikasi tinggi tentu akan menjadi masalah seperti saat ini. 

Lantas, tahukah apa alasan Khalifah Harun Al Rasyid membangun begitu banyak kamar mandi? Semua demi kesejahteraan masyarakat, kamar mandi adalah salah satu sarana  umum selain taman, jalan serta pasar . Khalifah membangun itu semua dengan teknologi tercanggih dan biaya dari Baitul mal.  

Jadi, masuk akal bukan jika kemudian rakyatnya sejahtera sebab pemimpinnya tak sekadar menjadi pemimpin sebuah bangsa atau masyarakat, tapi memikirkan hingga tingkat teknis bagaimana hajat hidup orang banyak bisa teratasi dan mensejahterakan.

Ironinya, kini masuk toiletpun berbayar, alasannya untuk biaya pemeliharaan, toilet adalah bisnis. Bukan kewajiban penguasa. Terlihat sudah benang merahnya, mengapa bersih itu mahal dan mengapa pula rakyat masa bodoh dengan urusan kebersihan. Wa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun