Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Titik Permulaan Hati yang Tertundukkan

12 Mei 2021   22:51 Diperbarui: 12 Mei 2021   22:56 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi/ Spark Post

Alhamdulillah, genap 30 hari mengikuti challenge One Day One Juz, dengan tambahan menuliskan satu ayat yang menarik hati kemudian ditulis agar menjadi syiar. Sebelumnya, membaca Alquran sudah menjadi rutinitas, demikian pula membaca terjemahnya. Namun, karena challenge ini jadi lebih menggigit. 

Bagaimana tidak, di sela-sela membaca tak hanya melafalkan huruf-hurufnya, namun sekaligus merasakan ayat mana yang begitu menyentuh, Habits memang harus dipaksakan awalnya, semua ayat terasa menarik, tidak mungkin bukan ditulis semuanya, sebab yang diminta hanya satu ayat. Itupun ditulis tak boleh lebih dari 2000 karakter tanpa spasi. 

Maka, benarlah, Ramadan kali ini terasa istimewa, jazakillah cikgu Hasni Tagili atas kreatifitasnya. Semoga setelahnya, meski Ramadan sudah berlalu, Habits ini tetap terjaga dan makin menguatkan Azam untuk terus istikamah di jalan Allah SWT. 

Hari ke-30 ini jatuh pada ayat ke-112 dari surat Al-Iklas, tepatnya ayat yang ke-3. Kenangan jadi melayang ke saat pertama kali memahami makna Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Kajian yang begitu menggugah dan bahkan memorakporandakan keyakinan saya selama ini. Jika benar Allah beranak, mempunyai anak, melahirkan atau menyebabkan seseorang hamil lantas melahirkan keturunan Allah bukankah itu berarti Allah mempunyai sifat makluk? 

Terlebih jika sampai pada kalimat selanjutnya, yaitu tidak diperanakkan, yang artinya Allah tumbuh dari kecil, anak-anak, dewasa dan menua, lahir dari rahim seseorang dan melewati masa sebagaimana anak manusia, bukankah itu juga ciri makluk? 

Sementara Allah menjamin, bahwa Ia wajibul wujud ( segala sesuatu yang awalnya tak ada telah diadakan oleh Allah) dan Allah juga yang nantinya akan mewarisi bumi dan alam semesta ketika semua telah dihancurkan sesaat setelah sang Kala ditiupkan. 

Tak ada yang bisa merekasaya saat itu, dimana semua yang telah mati dikeluarkan dari kuburnya begitu cepat. Secara logika, bisakah makluk menceritakan kesudahan setiap yang bernyawa ini? 

Tapi lagi-lagi, akal sudah terlanjur dicekoki dogma, tak bisa lagi mengidentifikasi kebenaran. Padahal kebenaran itu dipelupuk mata, Allah mengajak kita semua mentaddaburi alam, agar kita yakin dengan kebutuhan kita. Yaitu menghamba kepada Allah, Tuhannya manusia, pencipta, pengatur dan yang ada sebelum semua ada. 

"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan" (QS Al-Iklas 112: 3). Inilah titik permulaan hati yang Tertundukkan itu, serasa masih kemarin, padahal sudah lebih dari 3 windu. Ya Allah, sekiranya Engkau berkenan, di akhir Ramadan ini hambaMu ingin kembali bersimpuh dan terus akan begitu. Berharap nikmat iman ini tak berganti dengan zalimnya kekufuran bahkan mendustai ayat-ayatMu yang lain. 

Jadikanlah hati ini penuh keikhlasan untuk terus terikat kepada agama dan syariat-Mu, hingga kelas Engkau berkata, saatnya pulang. Wallahu a'lam bish showab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun