Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuota Internet Tak Terbeli, Sekolah Tinggal Mimpi

23 Februari 2021   22:25 Diperbarui: 23 Februari 2021   22:59 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kembali sekolah. Foto: Spark Post

Sungguh pilu hati membaca berita ada seorang guru bercerita siswa perempuannya pamit tidak melanjutkan sekolah, karena tak kuat beli kuota dan memilih bekerja membantu orangtua. Cerita ini dibagikan seorang guru bernama Eva Yani lewat akun @evayanti1801 di TikTok pada Selasa (16/2/2021). Dalam video berdurasi kurang dari semenit tersebut, tampak Yani mengunjungi rumah muridnya.

Sejak Pandemi Covid-19 masuk Indonesia Maret tahun lalu, bekerja dan belajar dilakukan di rumah, bahkan banyak pekerja yang "dirumahkan" alias di PHK, sehingga pendapatan keluarga sedikit terganggu karenanya. Bagi keluarga menengah ke bawah ini adalah hantaman keras. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sudah sulit, ditambah lagi dengan biaya kuota yang memang tak murah.

Yani sang pengunggah video adalah guru bahasa Inggris di sebuah sekolah di daerah Sumatera Barat sekaligus  wali kelas yang mengadakan home visit bersama guru Bimbingan Konseling (BK) guna melihat siswa yang jarang hadir dan mengumpulkan tugas online. Namun, setibanya di lokasi, ia cuma bisa bertemu dengan ibu si murid.

Sementara si murid malu untuk bertemu dan bersembunyi di kamar, namun ketika gurunya pulang ia mengirim WA dan menjelaskan bahwa ia sudah bekerja bersama ayahnya karena ayahnya tak sanggup lagi membiayai sekolahnya. Meskipun Yani sudah memberinya keringanan, tapi mungkinkah semudah itu ia akan kembali bersekolah? (kumparan.com,20/2/2021).

Memang, pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengonfirmasi bahwa pemerintah akan kembali mencairkan kuota internet gratis pada 2021 untuk mendukung sektor pendidikan (pikiranrakyat.com,22/2/2021). 

Namun dengan banyak persyaratan sehingga tidak setiap sekolah bisa memenuhinya, terutama sekolah di daerah pinggiran atau pelosok.

Artinya, kebijakan ini tidak menyentuh seluruh anak didik di Indonesia ini. Ketidakmerataan ini semestinya menjadi perhatian penting Kemendikbud. Bukan terus berfokus pada belajar merdeka atau kampus merdeka yang lebih mengedepankan kurikulum berbasis dunia kerja.

Pendidikan adalah hak setiap individu dan itu menjadi kewajiban negara untuk menyelenggarakannya. Baik dari kurikulum, sarana prasarana dan semua yang berhubungan dengan kebutuhan pendidikan haruslah fokus pada kondisi yang terbaik. Sebab pendidikan adalah cikal bakal terciptanya generasi penerus bangsa.

Sangatlah berdosa bagi seorang pemimpin yang ketika ia memimpin justru rakyatnya menderita, bodoh, miskin dan sebagainya. Dalam Islam kepemimpinan bukan sekedar prestise atau kebanggaan, namun ia adalah api neraka dalam genggaman jika ia bergeser sedikitpun dari apa yang diwajibkan ia laksanakan.

Dan pemimpin haruslah orang yang kompeten, kuat dan bertakwa. Bukan orang yang sekedar aji mumpung. Rasulullah memerintahkan kita untuk waspada dengan pemimpin yang bodoh. Pemimpin yang bodoh bukan IQ-nya, tapi yang enggan memerintah dengan petunjuk dari Rasulullah Saw.

Dari Jabir ibn Abdillah radiallahu'an, meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. berkata kepada Ka'ab ibn 'Ajrah: "Semoga Allah melindunginya dari kepemimpinan orang bodoh, wahai Ka'ab. " Ka'ab lantas bertanya, " Apakah yang dimaksud kepemimpinan orang-orang bodoh, wahai Rasulullah ? "Nabi menjawab, " Sepeninggalku nanti, akan muncul para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula mengambil sunnah-sunnahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun