Burung migran Layang-Layang Asia (Hirundo Rustica) kini sedang transit di sekitar Jl. Brigjend Katamso, Kota Yogyakarta. untuk mengisi persediaan makanan sebelum terbang ke belahan bumi selatan. Pilihan tempat transit itu mestinya sudah yang palin baik untuk burung itu. Paling sekitar sebulan saja.
Tidak bisa dipungkiri feses burung itu memang cukup meresahkan. Selain mengotori jalan dan pengendara yang lewat, juga menimbulkan bau tidak sedap. Yang bisa dilakukan hanya disemprot air. Kalau memang ada yang membahayakan ditutupi saja.
Ia memperkirakan puluhan ribu yang kali ini transit. Ia memastikan bahwa burung ini hanya transit, karena di situ tidak membuat sarang. Karena perjalanannya sangat jauh, mereka perlu transit.
Burung migran, termasuk layang-layang asia, memilih transit di wilayah perkotaan karena banyak serangga. Burung ini termasuk insektivora. Wilayah padat penduduk di perkotaan memicu populasi serangga yang melimpah. Manusia dan burung pemakan serangga membentuk relasi komensal, hidup berdampingan.
Jika penembakan terus dilakukan, menurut Bambang, justru merugikan untuk citra Indonesia di mata dunia. Lagipula, berapa yang bisa dibunuh? Itu sama sekali tidak sepadan.
Burung yang bermigrasi merupakan bagian dari proses alami untuk bertahan hidup. Tidak semestinya mereka diperlakukan semena-mena.
Sebenarnya, menurut Harits, migrasi burung akan bermanfaat jika diteliti. Setidaknya dapat menanggulangi hal-hal yang merugikan dan melakukan penanganan yang tepat. "Sebagai bagian dari edukasi kepada masyarakat untuk mencintai lingkungan," jelasnya.