Mohon tunggu...
Salwa Jelita
Salwa Jelita Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas jember

hobi saya menulis dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Money

Perumahan Sehat, Sumber Hidup Sehat Pula

5 Oktober 2022   20:07 Diperbarui: 6 Oktober 2022   03:37 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pertumbuhan penduduk di bumi ini yang semakin meningkat dari hari ke hari hingga tidak terkontrol. Indonesia pun tak luput dari trend pertumbuhan penduduk ini, hingga ke kota -- kota, daerah -- daerah, wilayah -- wilayah di dalamnya. 

Pertumbuhan penduduk ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu pertumbuhan penduduk alamiah dan faktor urbanisasi. Faktor alamiah berasal dari pertambahan penduduk didalam kota itu sendiri seperti memiliki keturunam, sedangkan faktor urbanisasi adalah perpindahan, perpindahan dari kota satu ke kota yang lain, daerah satu ke daerah yang lain, dan negara satu ke negara yang lain. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan manusia di Indonesia ini. 

Di Jember, Pertumbuhan Lebih dari empat dekade ini khususnya pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan yang sangat drastis. Sebagai sample, kita lihat data jumlah penduduk Kabupaten Jember berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2018, 2019, 2020 adalah 2440, 2450, 2536 dalam satuan juta. 

Ini menandakan pertumbuhan penduduk yang naik drastis. Pertumbuhan penduduk ini pastinya tidak luput dari permasalahan perekonomian kota dan ketersediaan lahan yang memadai. Mengakibatkan krisis penggunaan lahan dan juga pertanian yang berdampak pada kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan Kota Jember. 

Pertumbuhan penduduk yang melaju pesat pastinya berdampak pada perekonomian yang akan melaju pesat pula. Kemajuan perekonomian ini tidak terlepas dari adanya program otonomi daerah yang diberlakukan oleh pemerintah pusat yang menuntun daerah untuk mampu mengembangkan segala potensi yang di miliki daerahnya. 

Peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi penarik bagi masyarakat untuk bermigrasi. Faktor yang menyebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota meliputi tingkat upah di kota yang relatif tinggi, pendapatan per kapita di kota relatif lebih tinggi, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan hiburan yang lebih baik di kota merupakan daya tarik migrasi ke kota (Pull Factors) dan menimbulkan adanya rasa bangga tinggal di kota, adat istiadat yang relatif lebih kental di desa, keamanan (Push Factors) yang kurang terjamin di desa memperkuat keinginan masyarakat untuk pindah ke kota.

Semua ini tidak lepas dari kebutuhan primer manusia yaitu sandang, pangan, dan papan. Kali ini, kita akan membahas tentang papan. Papan yang dimaksud adalah kebutuhan tempat tinggal seperti rumah, apartemen, rumah susun, dll. 

Manusia akan hidup, tinggal dan menetap pada satu wilayah dan itu menimbulkan gerombolan atau sekelompok rumah yang biasa disebut perumahan. Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. 

Menurut John F.C Turner, 1972, dalam bukunya Freedom To Build mengatakan, "Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. 

Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan. 

Pembangunan perumahan di kawasan pinggiran metropolitan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena kondisi alam yang masih bersih dan faktor ekologis yang nyaman sehingga menimbulkan faktor untuk membuka lahan untuk tempat tinggal. Kawasan yang seharusnya digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), sekarang beralih fungsi menjadi perumahan. 

Hal ini berkaitan dengan meningkatnya perkembangan social - ekonomi. Bukan hanya lahan hijau saja yang telah beralih fungsi, tetapi mobilitas penduduk di sekitar kawasan tersebut meningkat pula. Hal ini mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jember yang akan berdampak pada penurunan kemampuan pemulihan pencemaran udara dan penurunan kualitas lingkungan Kota Jember. 

Perumahan yang tumbuh begitu saja karena trend mengakibatkan munculnya istilah "perumahan sekedar berdiri" atau dengan kata lain perumahan kumuh dan daerah sekitarnya menjadi tercemar. Keadaan perekenomian disekitarnya pun menjadi menurun.

Sebagai contoh, banyak perumahan yang didirikan begitu saja tanpa adanya standart kualifikasi yang jelas dengan harga yang menarik perhatian masyarakat, hanya sekedar berdiri saja, tidak memperhatikan keamanan bangunan dan standart bangunan berdiri. Yang seharusnya hunian itu untuk jangka panjang malah menjadi jangka pendek karena kualitas bangunan yang rendah.

Perumahan kumuh ini pun menarik para investor property untuk ikut mendirikan perumahan tanpa kualifikasi bangunan dengan harga yang cukup murah. Hanya dengan 1,5 juta saja anda bisa memiliki hunian jangka pendek ini. Saluran air, sumber air, hingga kondisi tanah yang tidak diperhatikan, asal berdiri saja ini mengorbakan banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH). 

Jelas ini membuat ketimpangan antara kebutuhan terhadap lahan dengan ketersediaan lahan. Harga lahan kosong semakin meningkat, hal ini juga membuat banyak perumahan dengan spesifikasi tinggi bermunculan, dengan kualitas tinggi dan harga yang tinggi juga. Ini menimbulkan istilah "perumahan elite" perumahan yang tumbuh sehat dengan mempertimbangkan segala kualifikasi bangunan yang ada.  Masyarakat yang tinggal di perumahan elite ini pun pasti berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perumahan kumuh. Sumber Daya Manusia (SDM) nya pun berbeda, pasti lebih berkualitas yang tinggal di perumahan elite tersebut karena hanya orang - orang tertentu saja (memiliki dana) yang bisa tinggal disana. 

Sedangkan mereka - mereka yang tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli perumahan elite ini, akhirnya mendirikan rumah seadanya dan semau mereka asal nyaman dan gratis tanpa memikirkan jangka panjang dan lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun