Mohon tunggu...
Heri Agung Fitrianto
Heri Agung Fitrianto Mohon Tunggu... lainnya -

Penikmat wisata dan perjalanan yang tinggal di Kota Tuban - Jawa Timur.\r\n\r\nArtikel2 perjalanan saya yang menarik lainnya bisa Anda baca di blog saya : http://jelajah-nesia2.blogspot.com dan http://jelajah-nesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak Sejarah di Ereveld Kembang Kuning - Surabaya

31 Oktober 2013   17:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain Makam Belanda di daerah Peneleh, di kota Surabaya ternyata ada kawasan pemakaman Belanda lainnya yaitu Ereveld atau Makam Belanda. Pemakaman itu berada di sekitar kawasan Makam Kembang Kuning yang didominasi oleh makam umat Kristiani , Katolik dan Tionghoa . Berbeda dengan kondisi Makam Belanda di Peneleh yang kotor, kumuh, tidak terawat dan berbau,  Ereveld ini tampak  bersih , rapi, teratur dan terawat dengan baik. Bahkan Ereveld juga terkesan ekslusif  karena tak setiap orang bisa memasuki kawasan itu tanpa izin dari Konsulat Belanda. Hanya pada hari dan  kegiatan tertentu saja kita bisa memasukinya.

Saya beruntung bisa memasuki kawasan Ereveld itu bersama dengan komunitas Roode Brug Soerabaia, Max Van Der Werff dan komunitas Indo - Belanda dalam acara ziarah bersama pada beberapa waktu yang lalu. Memasuki pemakaman Ereveld tampak deretan nisan yang berwarna putih dan terdapat nama jenazahnya. Hamparan rumput dengan taman dan kolam  yang asri  tampak menghiasi pemakaman yang konon merupakan yang terluas di Asia Tenggara karena  luasnya mencapai 15 hektar.
Kompleks pemakaman ini telah ada sejak zaman kolonial Belanda tahun 1917 ini. Kompleks makam ini sebelumnya  diperuntukkan untuk warga negara Belanda , termasuk Eropa. Keberadaannya  masih difungsikan sampai saat ini  yang kemudian berkembang menjadi makam bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik dengan diberi pagar sebagai pembatasnya.
Kompleks Ereveld Kembang Kuning ini  dikelola oleh Oorlogsgravenstichting atau OGS(Netherlands War Graves Foundation ). Pihak Belanda sendiri  menyewa  lahan pemakaman ini dan menggaji para petugasnya untuk menjaga dan merawatnya dengan baik.
Dalam bertugas, mereka  berpakaian seragam lengkap mirip seragam Satpol Pamong Praja yang sibuk memotong rumput yang  mulai tumbuh panjang,   mengecet  nisan makam yang mulai pudar dengan cata warna putih dan  ada yang selalu siap berjaga di depan pintu gerbang makam menyambut tamu yang datang.
Menurut  Ketua Tim 11 Von Faber Cagar Budaya Surabaya, Eddy E. Samson, di Ereveld ini banyak dimakamkan para  korban perang dunia ke II tahun 1942 di Indonesia.
Masih kata  Eddy, tanah makam seluas 340.800 meter persegi itu diberikan ke Belanda oleh Indonesia. Segala bentuk pembiayaan makam dibiayai langsung oleh Belanda melalui yayasan OGS.
Dari yayasan itu, Eddy diminta untuk memelihara, memperjuangkan makam tersebut sebagai Cagar Budaya.Sedangkan untuk perawatan makam selain dibiayai oleh pemerintah Belanda melalaui OGS, juga mendapat subsidi dari kerajaan Belanda dan  Yayasan Het Gebaar.
Pada tanggal 27 Februari 1942 terjadi pertempuran di laut Jawa yang mengakibatkan kapal milik Belanda  tenggelam. Setiap tanggal 4 Mei diperingati sebagai hari Pahlawan Belanda,. Karena itu dan jangan heran kalau di makam itu berkibar bendera Belanda pada saat hari tertentu. Pada saat  itu ada banyak  warga negara Belanda yang berkumpul di kompleks makam kehormatan Belanda (ereveld) Kembang Kuning. Mereka datang untuk memperingati pertempuran di laut Jawa pada 27 Februari 1942, yang menyebabkan tiga kapal Belanda karam.
Jenasah ratusan anak buah kapal yang juga tentara kerajaan Belanda itu dimakamkan secara terpisah di masing-masing ereveld yang ada  di Jakarta, Bandung, dan Semarang dan di Surabaya yaitu Ereveld Kembang Kuning itu.
Dalam perayaan itu, upacara penghormatan diadakan di tugu yang mencantumkan nama-nama dari para tentara Belanda yang dimakamkan di Ereveld Kembang Kuning. Termasuk komandan Angkatan Laut Belanda yang memimpin pertempuran yaitu  Laksamana KWFM Doorman.
Sedangkan menurut Max Van Der Werff, seorang pemerhati sejarah, penulis buku dan blogger yang berwarga negara Belanda,  di Ereveld ini tak hanya warga Belanda saja yang dimakamkan.
Tetapi ada juga warga Indonesia dengan berbagai agamanya yang bisa dilihat dari bentuk nisannya yang berbeda. Bahkan ada juga makam dengan tulisan nama Tionghoa dan nama-nama tak dikenal dalam bahasa Belanda. Mereka  adalah korban pada Periode Bersiap pada tahun 1945 dari berbagai daerah seperti Surabaya, Ngawi, Malang dan sebagainya.
Yang mengharukan, diantara mereka yang dimakamkan itu ada leluhur dari Max Van Der Werff dan ada banyak juga yang menjadi korban ketika masih berusia anak. Ada pula makam dengan nisan yang cukup besar ukurannya dan tertulis beberapa jenazah yang dimakamkan secara bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun