Mohon tunggu...
Abdul Razaq Al amin ode
Abdul Razaq Al amin ode Mohon Tunggu... Seniman - Sastra dengan perlawanannya

Mahasiswa sastra indonesia. Jika ada dua hal yang belum merdeka, itu sudah pasti negara dan hati. perjuangkan keduanya. mari bergerilya lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi Cinta Seorang Sahabat

27 September 2020   09:00 Diperbarui: 27 September 2020   08:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ih apaan sih king, kepedean banget" Aku tersenyum tipis

Kami pun melanjutkan makan, dan aku harus siap merogoh kocek untuk membayar makanan irfan. Selepas makan irfan bercerota kepadaku bahwa setelah pengumuman kelulusan nanti dia akan berangkat ke Ambon untuk melanjutkan sekolahnya di sana. Hal itu membuatku sedih, namun irfan memnenangkan ku. Dia akan menghubungi ku setiap hari ketika dia sudah sampai di sana.

Tiga hari sebelum perpisahan sekolah irfan sering bermain ke rumah, kami menjalankan hari hari bahagia sebelum datangnya hari perpisahan yang menyisakan kesedihan itu. Saat kami sedang asik nonton filem di rumah, ibu datang dengan minuman dingin, yang langsung di letakkannya di atas meja. Ku kira ibu akan langsung pergi setelah itu, tetapi kenyataannya ibu ikut nonton bersama kami, kemudian bercakap cakap lah kita,

"Kalian akrab banget yah, udah kaya orang pacaran aja." Ibu memulai pembicaraan

"Iya nih bu, kemarin saya ajakin wana pacaran tapi dia ga mau bu. Akhirnya saya pacaran sama tukang sapu di sekolah, terus wana nya cemburu bu."

"Ih kapan ceking, emang kamu pernah bilang kaya gitu?." Kataku dengan kesal

"Hahaha, kalian ini ada ada aja yah, kalian tuh ga cocok sahabatan, pacaran yang lebih cocoknya." Kata ibu

"Ibu bisa aja."

Kami pun tertawa terbahak bahak karena perbincangan dengan ibu tadi, oh iya filem yang kami nonton ini adalah filem horor. Pas sampai di scene yang menyeramkan, aku terkejut dan secara spontan memeluk irfan. Irfan pun menatapku dengan tajam. Namun tak sampai sepuluh detik tatapan itu, ibu kembali mengagetkan kami,

"Nah tuh, kalian emang ga cocok sahabatan, itu udah sampe di peluk peluk kaya gitu."

Setelah di tegur ibu, irfan pun langsung meminta izin untuk pulang. Dan aku pun mengatantarnya sampai ke depan pintu gerbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun