Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Perpustakaan

22 November 2020   22:52 Diperbarui: 22 November 2020   23:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perpustakaan

Dulu sekali waktu SMP mulai suka menulis, tapi belum meminati membaca, et tapi ada sebabnya, ya boro-boro suka baca, punya buku juga cuma LKS sama buku paket sekolah

Memasuki SMA kebetulan sekolah di kota dimana akses informasi dan buku mudah dijumpai. Dari SMA mulai suka membaca buku-buku. Perpustakaan Daerah adalah satu-satunya lokasi yang paling sering di kunjungi. Karena tidak bisa kebeli buku

Anak kos dengan segala drama-dramanya tidak memungkinkan untuk membeli buku, paling ke Gramedia Purwokerto cuma muter-muter habis itu pulang.

Karena itulah diantara anak kost waktu itu, akulah yang sering ngilang-ngilangan. Karena sering pergi-pergi. Maklum guys anak desa masuk kota. hehehe

Nah, di SMA inilah aku bertemu Guru Bahasa Indonesia yang kebetulan adalah kolomnis di koran-koran, juga sastrawan dan budayawan Banyumas. Jadilah makin terilhami untuk semangat menulis, membaca, bergabung dengan komunitas menulis suka observasi dan lain-lain. 

Dari situ juga terbangun kesadaran akan pentingnya perpustakaan. Aku menyaksikan dan merasakan sendiri susahnya akses buku, harga buku yang mahal dll. Kalo beli 1 buku, bapakku harus kerja 2 hari cuma untuk membeli 1 buku. 

Pernah membayangkan bila tiap Desa di Indonesia menyediakan perpustakaan yang lengkap duhai alangkah pintarnya anak-anak Indonesia (waktu itu Android dengan segala kecanggihan nya blm ada). Keinginan membuat perpustakaan mulai tumbuh, tapi cuma ingin doang.

Lulus SMA hijrah ke Jakarta, disinilah seolah melengkapi apa yang menjadi hasrat saat SMA dulu. Meskipun dengan gaji yang tak seberapa, tapi keinginan membeli buku memuncak. Jadinya tiap bulan 2 sampai 3 buku dan terkadang malah borong buku selalu menambah rak lemariku.

Sadar kalao keinginan mewujudkan perpustakaan setiap Desa tidak akan bisa aku wujudkan. Sebab aku bukanlah pemangku kebijakan. Maka dinding rumahku kusulap dengan buku-buku. ruang depan ruang tengah kamar, ada rak bukunya semua.

Aku ingin orang berdatangan kerumahku menikmati bacaan-bacaan yang ada di rak-rak dinding itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun