Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat UTS Beralih Menjadi Diskusi RUU

26 September 2019   15:12 Diperbarui: 27 September 2019   03:56 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pekan ini ini sebagian sekolah di Jakarta sedang melaksanakan UTS (Ujian Tengah Semester). Begitu juga di tempat saya bekerja. Kebetulan saya mendapat tugas untuk mengawasi jalannya UTS jam pertama.

Salah satu siswa tiba-tiba nyeletuk tentang demo yang dilakukan teman-temannya Rabu kemarin. Saya merasa banyak kekeliruan informasi yang mereka terima.

"Kertas ulangan tidak saya bagikan, mari kita diskusikan tentang demo kemarin," kataku.

Ternyata siswa-siswi itu antusias. Akhirnya UTS ditunda beberapa saat.

Saya tidak menjelaskan RUU yang dipermasalahkan, tapi meminta anak-anak menjelaskan hal-hal yang mereka terima tentang itu. 

Betul dugaan saya, informasi yang mereka terima tidak utuh atau mis-informasi. Benar ada RUU yang bermasalah, tapi mereka tidak mengerti RUU apa yang bermasalah. 

Saya mendengarkan pendapat-pendapat dari mereka. Setelah mereka menyampaikan apa yang mereka ketahui tentang demo kemarin, saya ajak mereka untuk membaca draf RUU dalam bentuk PDF sehingga mereka bisa membaca melalui smartphone yang mereka bawa, bukan dari cuplikan yang mereka terima dari media sosial.

"Pak, masa suami perkosa istri dipenjara 12 tahun," kata salah satu siswa.

Dalam hati, persis seperti yang aku lihat di video anak-anak STM yang berdemo mengira RUU mengatakan hal semacam itu. Itu sebagian percakapan dalam diskusi.

Akhirnya kita bareng-bareng buka draf RUU-nya. Saya berusaha netral senetral mungkin. Saya tidak memberikan argumen apa-apa, meminta mereka berpikir sendiri. Tapi saya juga paham mereka kebingunan. Saya mencoba memberikan stimulus supaya mereka mengerti maksud RUU itu.

Setelah mereka membaca beberapa RUU bermasalah, saya meminta mereka membandingkan seperti apa yang mereka terima di media social, lagi-lagi mereka terlihat bingung sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun