Ketraluan memang Robot yang seharusnya memudahkan kita malah memperdayai kita. Jujur saja awalnya saya juga tidak paham perihal ini, bukan manusia namanya kalo tidak mau berpikir. Sebab kenapa kita sempat berpikir sedemikian rupa yang hari-hari ini kita pikirkan.
Ahirnya saya menemukan sebuah simpulan sederhana. Percaya tidak percaya (percaya hanya sama Tuhan), bahwa separuh hidup kita manusia hari ini sudah di perbudak oleh mesin-mesin.
Manusia pandai yang menciptakan segala macam kemudaan akses untuk manusia, salah satunya media. Tetapi hari ini alat canggih itu kini justru yang menguasai manusia.Â
Oke kita mulai, siapa manusia hari ini yang tidak mengenal dunia media sosial? Menurut penelitian manusia hari ini minimal berselancar di media sosial 2 sampai 5 jam sehari bahkan bisa lebih. Apa yang di cari dengan waktu sebanyak itu? di Indonesia sendiri pengguna media sosial adalah ke 2 terbanyak di dunia.
Menurut penelitian juga Indonesia menempati urutan teratas dengan pengguna teraktif bermedsos bahasa anak melenial tercrewet. Setiap detik ribuan twit yang di bubuhkan pada laman medsos nya oleh pengguna media sosial Indonesia.
Jagad media maya telah menjelma menjadi rumah-rumah baru aktifitas baru saling berkunjung layaknya sedang  bersilaturahmi di dunia nyata.
Lalu dari mana pola pikir manusia di setel oleh mesin-mesin media sosial?
Inilah jahatnya Media sosial, bagaimanapun penggerak media sosial adalah manusia, bukan Tuhan yang maha Adil. Namanya manusia selalu ada kepentingan.
Jadi begini contoh saja, ketika kita menginginkan sesuatu lalu kita searching di internet. kita butuh 3 menit untuk stalking. Setelah itu ketika kita membuka media sosial contoh Facebook apa yang bisa kita lihat tiba-tiba muncul iklan di Facebook tentang barang yang kita cari.Â
Seolah-oleh maha baik mediasosial yang maha pengertian,gebetan kalah pengertian pokoknya. media solosial seolah tau apa keinginan kita yang sedang mencari barang tersebut, lalu tiba-tiba di munculkan. Kita senang dibuatnya ahirnya kita stalking lagi buka-buka lagi beli jadinya.
Padahal itulah cara kerja media mempengaruhi kita. Itu baru tentang barang.
Lalu apa lagi, begini di media sosial hari ini berbagai macam asumsi dilempar kepublik supaya penghuni medsos saling berspekulasi. Ahirnya alogritma media sosial bekerja, berita-berita yang saling berkaitan akan dikelompokan berdasar katagorinya, jadi ketika kita sering membuka berita tentang A misalnya.Â