Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Belajar Menulis, Siap Kritikan

31 Januari 2018   13:58 Diperbarui: 18 Februari 2019   07:55 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bantai isitilah ini di dunia kepenulisan sangatlah umum digunakan.  Kata ini biasanya di gunakan utk memberi komentar kritikan.  Hampir setiap penulis pernah mengalami bagaimana rasanya tulisannya di bantai.

Kritikan bagi seorang penulis itu ibarat jamu,  pahit tapi membuat sehat.  Biasanya bagi para pemula,  ketika pertama kali menulis dan tulisannya mendapat tanggapan kritikan akan mengalami syok.

Begitu juga aku,  ketika pertama kali menulis dan disodorkan ke guru bahasa Indonesia,  tulisanku mendapatkan kritikan, bukan hanya kritikan tetapi penuh dengan coretan.  Awalnya aku syok, sedih, merasa terzolimi.  Hampir tidak mau nulis lagi, tetapi aku sadar,  kritik itu sangat aku butuhkan apa lagi waktu itu karya itu mau di lombakan,  dan alhamdulillah  ternyata tulisan itu gugur di bapak penyisihan, makin sedihlah aku.

Tetapi bagaimanapun aku tetap perlu menilis,  meski harus bolak-balik merasakan sakit hati.

Mungkin rasanya setingkat di bawah saat di putusin pacar. Begitulah ketika awal-awal menulis mendapatkan kritikan yang waktu itu aku anggap kejam.

Tapi nyatanya lambat laun justru aku terbiasa dengan pembantaian tulisan itu. Apa lagi ketika aku bergabung dengan komunitas menulis di Purbalingga,  ternyata lebih kejam lagi,  tapi gak kapok.  kejamnya kritikan telah menyadarkanku bagimana aku harus terus mengasah kemampuan menulis dan belajar legowo kalau aku memang masih sangat pemula.

Belajar dari kejadian-kejadian itu,  hikmahnya sangat luar biasa.  Ketika teman-temanku down  ketika skripsi di bantai habis sama pembimbing dan curhat sedemikian rupa di media sosial.  Aku bersikap biasa saja, menikmati prosesnya meski harus kejar-kejaran dengan waktu.  

Aku melihat beberapa temen-temanku yang panik, down,  sedih,  merasa terzolimi oleh dosen pembimbing mereka-mereka kebanyakan jarang menulis,  atau bahkan skripsi itu adalah karya mereka pertama.  Maka wajar ketika BAB 1 hampir 3 bulan tidak selesai,  karena saat datang ke pembimbing sekali di bantai langsung syok dan enggan kembali lagi.

Pengalaman itu sengaja aku tulis di sini agar temen-teman semangat menulis dan siap mendapat kritikan bagaimanapun macamnya.

Selanjutnya,  menulis membutuhkan ide-ide.  Tidak mungkin akan mampu menulis tanpa mempunyai ide,  maka para penulis adalah manusia-manusia berlian yang mampu menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan.

Menulis berbeda dengan berbicara,  bisa jadi ahli orator atau penceramah sangat lihai merangkai kata di depan khalayak,  tetapi ketika berhadapan dengan kertas ia kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun