Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menang atas Diri Sendiri Lebih Mulia daripada Menang atas Orang Lain

14 September 2021   10:43 Diperbarui: 14 September 2021   10:45 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto.dokumenpribadi

Sering kali ada masalah yang datang menimpa dalam hidup. Masalah yang mungkin akibat langsung dari suatu pilihan tindakan seseorang, atau datang sendiri tanpa diminta. Masalah yang bisa datang dari sesama, alam atau dalam diri sendiri. Orang bisa merasa kacau, sakit hati, terganggu, menikmati atau menolak atau melawannya

Masalah yang sering membuat orang tidak habis berpikir dan tersiksa adalah orang mempermasalahkan tindakan atau sikap kita atas sesuatu yang dibuat yang memiliki alasan atau tujuan yang baik dan jelas. Apalagi jika sesuatu yang dilakukan sudah diberitahukan sebelumnya. Kita seolah heran, bingung, bertanya-tanya tentang segala sesuatu yang terjadi. Mempertanyakan orang itu, mempertanyakan diri sendiri dan juga hal lain yang mungkin bisa memiliki kaitannya.

Menghadapi situasi seperti ini, ada gejolak pemberontakan dalam diri. Seolah timbul tuntutan untuk melawan orang yang menyakiti. Hasrat itu begitu kuat sampai-sampai muncul rencana bukan saja untuk menyerang orang itu tetapi niat jahat lainnya untuk melawan. Ya membela diri atau menyerang balik atau membalas dendam atau membenci seumur hidup. Situasi hidup di bidang yang lainpun ikut terganggu.

Di sinilah, orang berada pada situasi chaos. Jika orang tidak menguasai diri dengan berpikir tenang, jernih dan mendalam pasti tindakan yang diambil bukan menyelesaikan masalah tetapi memperbesar masalah. Mungkin saja tindakan yang ditempuh menghasilkan kepuasan tetapi pasti meninggalkan luka atau sejenisnya bagi orang lain. Mungkin menghasilkan kesenangan untuk sementara tetapi pasti menjadi rumit dan racun untuk waktu yang panjang untuk sebuah kebaikan bersama yang lebih luas.

Maka berhadapan dengan persoalan seperti ini, konsep yang perlu dibangun adalah lebih baik menang atas diri sendiri ketimbang menang atas orang lain. Ketika seseorang memilih untuk menang atas diri sendiri, pasti seluruh kekuatannya akan diarahkan untuk menenangkan diri, mengendalikan diri, lalu berpikir lebih untuk melihat hal yang positif dari sebuah masalah. 

Ini tidak berarti menjadi lemah, berkompromi dengan masalah. Ini bukan berarti secara tak langsung membenarkan tindakan orang lain terhadap diri sendiri atau membiarkan orang lain menjajah diri. Ini hanya cara agar tindakan selanjutnya yang ditempuh sungguh-sungguh bijaksana yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Sebab hasrat terdalam setiap orang adalah mendambakan kedamaian, kebaikan dan lain sebagainya.

Sebaliknya, bila seseorang memiliki konsep menang atas orang lain, pasti tindakan atau perbuatan yang dipilih pun berbeda. Orang lain akan akan dilihat sebagai musuh yang perlu disingkirkan, kebenaran dalam orang lainpun sulit untuk dilihat, dendam akan menggunung, pikiran negatif akan bertumbuh subur dan hidup akan berada dalam kecurigaan tiada batas. Hanya menunggu momen untuk saling menjatuhkan, saling membalas dan lain sebagainya. 

Akhirnya bukannya masalah diselesaikan tetapi dibiarkan tumbuh, kalau tidak dalam bentuk yang sama tetapi bisa jadi dalam jenis yang lain. Sebab konsep menang atas orang lain adalah konsep membangun perang. Otomatis masing-masing berjuang untuk menang dan pasti ada yang kalah. Perang selalu memiliki dua sisi; kalah jadi abu, menang jadi arang. Apapun itu dua-dua memiliki kerugian. Lalu di manakah cita-cita dasar hati manusia untuk hidup dalam kebaikan baik secara pribadi maupun dengan orang lain?. 

Lebih baik menang atas diri sendiri ketimbang menang atas orang lain. Menang atas diri adalah cara membalas tanpa melukai, membalas dengan menggandakan nilai positif dalam diri orang yang yang menyakiti. Cara menegur dan  mengubah orang secara elegan.

Seon, 14 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun