Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengampunan: Jalan Pembebasan dan Penyucian

13 September 2021   08:56 Diperbarui: 13 September 2021   09:00 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto.gkkaisendawar.com

Membenci atau mendendam dan atau membalas menyerang balik adalah salah satu reaksi atas suatu aksi saat orang menyakiti sesamanya. Hal ini bisa dipertanggungjawabkan oleh manusia secara instingtif. Sebab manusia memiliki otak reptil. Dengan alasan ini manusia bisa mempertahankan diri atau memperoleh kepuasaan atau keadilan dengan prinsip "mata ganti mata, gigi ganti gigi".

Tetapi manusia juga memiliki otak logika dan hati nurani sehingga manusia tidak saja disebut sebagai animal semata tetapi animal rasional. Manusia Dengan dapat memikirkan, mempertimbangkan tindakan atau perbuatannya. Dengan ini, apakah mendendam, membenci dan atau menyerang balik adalah suatu tindakan atau reaksi yang tepat dan mampu dipertanggungjawabkan?. Kalau dibenarkan secara akal budi dan hati nurani,  itu berarti orang mengabadikan perang abadi. Sebab setiap orang pasti berjuang untuk mempertahankan diri dengan cara apapun. Otomatis akan terjadi perang semua melawan semua.

Bayangkan apa yang akan terjadi bila hal itu menjadi suatu kenyataan. Kekacauan akan terjadi karena orang berjuang untuk memenuhi hasrat kepuasannya sendiri. Luka sosial akan merebak, manusia menjadi serigala bagi sesama, rantai dosa akan berkepanjangan dan keselamatan hanyalah suatu mimpi buruk dalam proyek jangka panjang bagi orang beriman.  Karena itu membenci, mendendam atau menyerang balik adalah bukan suatu pilihan yang penuh dan tepat. Francis Bacon, pernah  mengatakan; "saat orang membenci dan mendendam orang yang menyakitinya, ia sebenarnya membuat luka dalam dirinya semakin hijau".

Salah satu jalan pembalasan, penyelesaian dan penyembuhan yang tepat dan penuh adalah pengampunan. Pengampunan itu melupakan sakitnya dan mengangkat hikmah positif dari sebuah perbuatan kesalahan. Pengampunan bukan berarti berkompromi dengan kesalahan orang tetapi sikap sadar dan bertanggung jawab membebaskan orang dari kesalahannya dan membebaskan diri dari rasa benci, dendam dan dirugikan. Pengampunan pada akhirnya adalah panggilan iman yaitu memaafkan karena kesadaran bahwa semua orang berdosa, lalu bekerja sama untuk berjuang menuju kebaikan dan kesempurnaan serta ketulusan untuk saling mendoakan dan pasrah pada Tuhan.

Perlu diakui secara jujur bahwa pengampunan untuk orang yang menyakiti adalah pekerjaan yang rumit; butuh keberanian, ketulusan dan terutama pengorbanan diri atau penyangkalan diri. Itulah tuntutan bagi setiap orang yang memiliki hati nurani, akal budi dan terutama seorang beriman dan beragama. Dalam Kitab Suci Agama Kristen, khususnya dalam Matius 18: 22 di sana Yesus mengatakan;"Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali". Ini adalah jawaban Yesus untuk pertanyaan Petrus tentang pengampunan. Jawaban yang mengungkapkan bahwa seluruh kehidupan manusia adalah pengampunan itu sendiri. Maka pengampunan itu setiap saat bila ada yang bersalah.

evan-kirby-101570-unsplash-613eaea131a2873e937d36c2.jpg
evan-kirby-101570-unsplash-613eaea131a2873e937d36c2.jpg
foto.wwwkuisalkitab.id

Mengapa orang harus mengampuni secara sempurna? Pengampunan di satu sisi membebaskan orang yang menyakiti tetapi di lain sisi adalah pembebasan terhadap diri sendiri. Pembebasan dari rasa malu, rasa benci dan terutama pembebasan dari dosa. Pengampunan adalah tindakan pembebasan orang lain dan penyucian bagi diri sendiri.

Pengampunan adalah suatu perintah bagi orang berakal budi, memiliki hati nurani, orang  beriman dan beragama supaya setiap orang mampu mengikuti Allah dengan segenap jiwa dan dengan takwa serta merayakan kemanusiaan yang hakiki. Dan bahwasannya, Tuhan sudah lebih dahulu berbelas kasih kepada manusia, maka manusia pun harus berbelas kasih kepada sesama dalam kehidupannya. "Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu", sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 18: 34.

Janganlah mendendam dan membenci. Percaya atau tidak, orang yang membenci dan mendendam sebenarnya hidup tidak bebas; pikirannya, hatinya dan kehendaknya. Orang akan hidup dalam kesempitan, kedangkalan dan tekanan. Banyak tenaga positif akan terkuras untuk hal yang sia-sia. Mungkin dengan benci dan dendam, orang puas tapi hasil akhirnya buas. Mungkin orang merasa suka tapi hasil akhirnya duka. Mungkin orang merasa pantas tapi hasilnya ganas.

Berjuanglah untuk menjadi pribadi pengampun. Suatu tuntutan yang tidak segampang membalikkan telapak tangan karena yang dilawan bukan musuh dari luar tapi melawan diri sendiri. Ya ,,, sebagaimana obat itu pahit tetapi menyembuhkan, demikian pula pengampunan itu berat tetapi menyelamatkan. Lebih baik sakit sesaat untuk mengampuni dan gembira untuk selamanya daripada senang sesaat karena benci dan membalas tetapi menghancurkan serta menjadi budak diri dan dosa untuk selamanya.

Seon, 13 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun