Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Iman yang Hidup

10 September 2021   12:39 Diperbarui: 10 September 2021   13:17 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Dan Asa adalah sebuah nama, seorang pribadi. Rambun beruban, tubuh yang tinggi dan sudah berumur. Rendah hati, murah senyum dan komunikatif. Beliau adalah Ketua Lingkungan Lo'oneke, Paroki Kaputu. Namun tinggal di Manubonu, Paroki Kristus Raja Seon. Sebab kebunnya di ada di sana. Ia mantan pengurus OMK Paroki Kaputu yang setia.

Kami sudah saling kenal ketika banjir bandang menimpa mereka, di mana saya sering mengunjungi mereka membawa para donator untuk membantu mereka atau membantu membagi bantuan yang kami kumpulkan.

Kemarin, tanggal 31 Agustus 2021, saya bertamu ke rumahnya untuk membeli jeruk hasil kebunnya. Jeruknya sangat manis. Pada hari Minggu yang lalu, ia menitip satu dos jeruk untuk kami di Seon. Hal inilah yang membuat saya datang, selain untuk bertemu beliau tetapi juga untuk membeli jeruk.

Saat saya bertanya apakah masih ada jeruk untuk dibeli. Ia katakan tidak. Lalu ia langsung spontan katakan kalau jeruk yang diberi pada Hari Minggu adalah  buah panenan pertama.

Mendengar pembicaraannya, pikiran saya tertuju pada kebiasaan umat di mana hasil panenan pertama selalu dimasukan ke Gereja sebagai persembahan. Bila belum dimasukan, maka mereka tidak akan memakannya. Ada juga harus terlebih dahulu dimasukan ke rumah adat, baru setelah itu di makan. Ini kebiasaan umat hampir di seluruh Timor dan mungkin daerah laen.

Apa yang ada dalam tradisi ini? Yah ... Mereka sadar dan tahu bahwa yang terbaik harus dipersembahkan kepada Tuhan. Hasil panenan pertama itulah untuk Tuhan. Kalau dalam Perjanjian Lama, setiap anak sulung diberikan untuk Tuhan. Habel mempersembahkan anak domba yang terbaik kepada Tuhan. Tentu tidak untuk diterjemahkan secara lurus-lurus.

Mereka mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Tuhan atas anugerah yang mereka terima. Hasil yang mereka panen pertama-tama dimengerti sebagai buah berkat dan restu Tuhan, lalu berkat campur tangan para leluhur dan baru kemudian yakin bahwa perjuangan dan kerja keras memeras keringat pasti tidak sia-sia.

Di sini jelas ada tingkatan keyakinan mereka. Mereka yakin dan percaya bahwa Tuhanlah yang tertinggi, sumber segala rahmat dan berkat. Setelah itu baru menyusul keyakinan bahwa jiwa itu hidup dan para leluhur turut membantu mereka dan akhirnya yakin dengan usaha manusia itu sendiri.

Apakah jawaban spontan ini dikarenakan Bapak Dan sendiri adalah seorang Katolik, orang beriman, mantan Pengurus OMK, sekarang Ketua Lingkungan?. Bisa jadi tetapi  sangat yakin Itu adalah ekspresi iman dan religiositas yang dalam dan tinggi. Bahwa ia yakin ada yang tertinggi yang melingkupi lingkup-ljngkup yang lain; sumber segala berkat dan rahmat. 

Dalam bahasa Iman, kita sebut sebagai TUHAN. Dalam bahasa adat ada berbagai macam sebutan. Orang Dawan menyebutnya Uis Neno, Apinat Aklahat, Amoet-Apakaet, Afinit-Anesit. Orang Tetum menyebutnya: Nai Maromak, Lulik, Iha Leten Ba-Iha Asu Ba, Iha Fitun Leten-Iha Fulan Foho. Demikian pula suku-suku lain pasti memiliki sebutannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun