Mohon tunggu...
Jefri Dwi Santoso
Jefri Dwi Santoso Mohon Tunggu... karyawan swasta -

buruh, yang memimpikan kejayaan dunia dan akhirat.......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pegawai atau Pengusaha

15 Juni 2014   23:35 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"nak, kalo gede nanti semoga jadi pegawai ya,”

Ya sekelumit doa dari ayah dan bunda untuk seorang anaknya, yang langsung diamini oleh sang anak karena belum cukup pengalaman hidupnya. Namun dewasa ini sang anak terus tumbuh besar dan bisa memikirkan mana yang baik dan buruk terhadap kehidupanya.

Pegawai, merupakan pekerjaan yang sekelumit orang nantikan, ini juga menjadi doa dan harapan orang tua untuk anaknya, tapi pegawai itu akan selamanya jadi bawahan, meskipun jadi atasan tapi punya atasan lagi, yaitu pemiliknya. Siang malam kita bekerja hanya untuk memajukan perusahaan orang, dan yang kita dapat yaitu gaji yang mungkin hanya 0,01 persen dari keuntungan perusahaan itu (jika kita bekerja di perusahaan ternama).

Namun enaknya menjadi pegawai yakni gaji nya sudah terukur sekian ratus ribu atau sekian juta perbulannya, sehingga kita bisa mengatur cash flow setiap bulannya. Kadang yang saya rasakan yakni gaji sebulan hanya cukup untuk satu minggu saja, mungkin ini yang dinamakan boros. JJJ. Menjadi pegawai juga kita tidak pusing memikirkan kerugian, kerusakan yang terjadi di perusahan tersebut. Tapi harus bermental tangguh, karena kita bekerja di bawah tekanan atasan.

Berbeda lagi dengan pengusaha, pengusaha atau wirausaha yakni berani mengambil resiko untuk maju, atau melepas titel karyawan sejati. Besar kecilnya pendapatan ditentukan oleh kita sendiri, sebagai pemilik nya, serta maju mundurnya perusahaan tersebut juga dapat ditentukan oleh kita. Namun, menjadi pengusaha atau memiliki usaha sendiri tidaklah gampang, harus pintar bernegosiasi maupun mempunyai jiwa marketing yang tanggung.

Karena dengan marketing yang tangguh, barang yang kita jual akan disukai oleh konsumen dan bisa memperkenalkan produk yang kita ciptakan ke pasar. Rasa bosan dan malas sering menghinggapi para pengusaha baru, apalagi jika barang dagangannya kurang disukai di pasaran, tapi hal ini akan menjadi tantangan yang baru sekaligus pengalaman bagi sang pengusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi marketing yang baru.

Dan nanti, jika perusahaan tersebut sudah maju, kitabisa rekrut orang yang terlatih untuk membantu mendongkrak pemasaran di perusahaan kita. Penulis sering menjumpai banyak yang bilang “lebih baik menjadi orang bodoh dari pada orang yang pintar”. Loh kok bisa begitu ya, arti kalimat tersebut bukanlah arti sebenarnya, namun hanya kata kiasan, jika kita menjadi orang pintar, langkah kita akan selalu dipikirkan, besok bagaimana, jika hal ini itu terjadi, maka kebanyakan orang yang pintar akan selalu mundur, karena sering tidak menjumpai titik temunya.

Berbeda jika orang yang bodoh, dia akan bertindak bagaimana besok, yang penting sekarang saja, besok ya dipikirkan besok, karena besok adalah hari misteri yang harus kita hadapi, jika sekarang kita memikirkan hari esok, maka planing kita hari ini tidak akan jalan..

Namun, diakhir tulisan ini penulis menyerahkan semuanya ke pembaca, mau jadi pengusaha atau pegawai. Penulis menyarankan untuk mendoakan anak-anaknya menjadi pengusaha sukses, yang bisa menciptakan brand-brand baru, sehinga bisa menandingi brand-brand terkenal yang sudah ada, saat ini. Bukan lagi menjadi pegawai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun