Mohon tunggu...
Jeffrey Wibisono
Jeffrey Wibisono Mohon Tunggu... -

Praktisi perhotelan dan pariwisata di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

I've Been Called Idiot

10 Januari 2015   07:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:26 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pembukaan

Ya… saya pernah disebut idiot di dalam satu forum meeting oleh salah seorang pimpinan perusahaan dimana saya bekerja sebelumnya. Dan saya yakin seyakin-yakinnya, seperti sebagian besar dari kita, mulut yang mengeluarkan kata itu belum paham arti kata idiot.

Oleh sebab satu kata itu, saya secara instant memutuskan untuk mengundurkan diri dengan tenang dalam kondisi pikiran waras tanpa letupan emosi dan meninggalkan tempat pada pagi itu. Saya bisa memaafkan, tetapi harus mengambil tindakan tegas dengan tidak mengijinkan kejadian tersebut berlanjut menjadi habit/kebiasaan dan menghentikan tata cara pelecehan profesi yang menggunakan kata-kata tidak pantas di dalam suatu forum resmi. Saya melawan dengan cara saya. Bukan merendahkan martabat dengan mengatakan “terima duitnya terima siksaannya”.

Apa sebenarnya idiot?

Istilah idiot sebenarnya sudah tidak dipakai di dunia medis untuk menyebut anak-anak yang memiliki kelambanan menangkap respons baik secara motorik, kognitif, sosial dan bahasa. Ini adalah penyakit keterbelakangan mental atau retardasi.

Meski intelligence quotient (IQ) bukan satu-satunya cara untuk mengukur anak ‘idiot’ tapi kebanyakan anak dengan kondisi itu memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal. Standar IQ yang normal menurut skala Stanford-Binet adalah di kisaran 85-115. Hanya 1 persen saja populasi di dunia yang memiliki tingkat IQ di atas 135. Separuh (50%) populasi di dunia memiliki IQ rata-rata di kisaran 90-110, sebesar 25% memiliki IQ di atas rata-rata itu dan 25% populasi di dunia memiliki IQ di bawahnya.

Orang yang ber-IQ rendah di bawah 70 dan sulit berkomunikasi dengan orang lain yang biasanya disebut ‘idiot’ atau keterbelakangan mental. Orang-orang seperti ini memiliki kepribadian yang unik namun dalam kehidupan sosial sering menjadi olok-olokan di masyarakat.

Dari definisi Idiot di atas, pantaskah saya disebut idiot…???

Tentu saja saya tidak bisa menerima sebutan itu karena ini adalah pelecehan profesi !!!

Bahasan:

Mengacu pada kejadian fatal yang saya ungkapkan di atas, saya tidak membahas tentang idiot itu sendiri. Tetapi mengingatkan untuk menggunakan kata yang tepat dalam melakukan “appraisal” dan teguran.

Kemudian yang ingin saya ungkap dan bahas adalah baik untuk suatu pembelajaran tentang tipe-tipe managemen dan pimpinan perusahaan dimana, pemilik perusahaan atau para pimpinan puncak (Board of Directors) ikut menentukan pencitraan perusahaan dimana kita bekerja dan berkarya,

Dari pengalaman kerja saya di beberapa perusahaan sepanjang 20 tahun karir saya, “some company bisa cocok buat seseorang dan tidak cocok buat orang lainnya”. Semua tergantung prinsip dasar pekerja dan pencapaian yang dikehendaki termasuk needs/kebutuhan hidup dan pembangunan karakternya.

Kemudian bentuk manajemen dan tipe pimpinan itu sangat beragam. Kalau ditelaah satu persatu, ternyata setelah dijalani, semuanya adalah metode campuran, Yang kondisinya parah biasanya saya sebut “acak adut”.

Keterangan teorinya saya dapat dari berbagai nara sumber adalah sebagai berikut.

Tipe Manajemen:

Patrimonial Manajemen (Manajemen Keluarga): umumnya terdapat pada perusahaan yang dimiliki oleh anggota keluarga sebagian bagian penting perusahaan dipegang oleh keluarga tersebut

Profesional Manajemen: Kedudukan strategis dan penting diserahkan kepada mereka yang memberikan bukti atas kepercayaan. Pemberian jabatan tidak dijalankan pada hubungan keluarga. Pemberian kedudukan diberikan kepada jasa dan hasil yang diberikan dalam mengembangkan organisasi murni mempunyai kemampuan dan visi misi yang baik.

Tipe Pemimpin

Favoritisme

Seorang pemimpin terkadang tanpa sadar menjadikan salah satu karyawannya menjadi seorang “bintang” di tengah-tengah sebuah tim, tanpa memperdulikan performance anggota tim lainnya. Alhasil, “sang bintang” terus-menerus mendapatkan penghargaan dan perhatian khusus. Maka pemimpin tipe ini akan dinilai tidak fair dan akan ditinggalkan karyawan lainnya.

Mempertahankan yang tidak perform

Seorang pemimpin kejadian memperkerjakan seseorang yang tidak capable, tetapi justru memutuskan untuk mempertahankan dia sambil berharap untuk bisa berkembang. Tentu saja hal ini akan semakin membuat tim tidak akan maju dan justru bisa menghambat perkembangan, karena masing-masing anggota tim akan berusaha untuk menutupi kekurangan orang tersebut.

Ikut Campur

Seorang pemimpin yang tidak bisa memberikan kepercayaannya kepada orang lain. Dia akan terus-menerus ikut campur dengan pekerjaan-pekerjaan yang dia rasa tidak sesuai dengan keinginannya. Karyawan satu persatu akan pergi meninggalkannya karena respeknya musnah.

Meletakkan karyawan di prioritas terendah

Seorang pemimpin yang lebih memikirkan bagaimana cara menarik pelanggan, investor, dan bahkan memikirkan karirnya sendiri. Akibatnya, karyawan-karyawan akan berada di urutan paling bawah di dalam daftar prioritasnya. Karyawan tidak lagi dianggap penting. Maka janganlah heran bila banyak pekerjaan mulai terbengkalai.

Fokus pada angka

Seorang pemimpin yang terus-menerus terfokus pada angka dibandingkan individu. Dia akan lebih memikirkan jumlah pemasukan dan peningkatan laba perusahaan, serta lebih memilih untuk memperhatikan peningkatan statistik dan kelengkapan data-data. Dia akan lebih peduli dengan rencana-rencana yang ada di spreadsheet-nya, dibandingkan melakukan tindakan nyata dengan memberdayakan karyawannya melakukan human touch.

Tahu semua jawaban

Seorang pemimpin yang berpikir bahwa pekerjaannya adalah untuk mengetahui seluruh jawaban dan terus-menerus mencoba untuk menyelesaikan seluruh pertanyaan dari para karyawannya sesering mungkin. Namun satu hal yang patut disadari adalah, semakin sering sang pemimpin menjawab, maka dia akan semakin memperkecil kesempatan para karyawan untuk berkembang di perusahaan.

Penutup:

Meninjau semua bahasan tentang tipe manajemen dan tipe pemimpin, maka hal ini sangatlah kompleks dan buat saya tidak bisa mengatakan mana yang paling baik dan paling tepat. Saya percaya kepada pemberdayaan sumber daya manusia melalui training, delegasi dan kontrol dikarenakan saya pribadi mempunyai misi regenerasi sumber daya manusia yang harus lebih unggul dan mumpuni dibandingkan seniornya dengan cara mengambil fondasi ilmu yang ada dan mengembangkannya sesuai jamannya.

Trust… ya… trust…. berikan kepercayaan kepada seseorang untuk melakukan tugasnya dan mempertanggung jawabkan hasilnya. Pemimpin harus kembali kepada role “make the job done through other people. Delegating is good, controlling is better”. Empowerment. Kebanggaan seseorang akan suatu keberhasilan yang diapresiasi dan be acknowledged menciptakan motivasi positif. Jangan pelit memberi pujian dan rewards kepadayang berhak mendapatkannya. Inisiative suatu pergerakan karena perlakuan imbal balik antar pemimpin dan karyawannya.

Dalam budi pekerti dan tingkah laku sebagai pemimpin, dia harus menyadari segala keterbatasan manusia. Marilah lebih berhati-hati dan mawas diri sebelum berkata-kata yang bertujuan mempurukkan seseorang.

Karena surga serta bumi bergemuruh dan berguncang ketika seorang anak manusia direndahkan dan dilecehkan martabatnya oleh manusia lainnya. Manusia yang sombong akan direndahkan dihadapanNYA. (Yesaya 2:17)

Janganlah bermahkota arogansi karena semua manusia pada saatnya akan surut dan pasti mati.

Bali, Friday, 9 January 2015

Ditulis oleh Jeffrey Wibisono V.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun