Mohon tunggu...
Jeck Winim
Jeck Winim Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Seorang penulis kampung

Cinta dan mencintai ciptaan Tuhan juga yang baik menurut Tuhan..... tidak suka banyaknya iklan dalam hidup bukan sekedar gimik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Selalu Menyakitkan dalam Kerinduanku

4 Juni 2018   16:16 Diperbarui: 4 Juni 2018   19:10 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku coba untuk merilis keluh kesanku yang terasah menyediakan, saat hidup dalam sebuah penantian panjang. terbenamnya matahari memberikan harapan akan hari-hari yang sakin kulang dalam hitungan janji kedatangan sang dewi hati, yang bertaktah dalam hati yang menanti kedatangannya. Bulanpun memantulkan cahaya, yang sangat indah dipandang namun sayang; bagiku cahaya bulan bagaikan duri yang kau tancapkan dalam batin yang merindu akan hadirmu.

Bagaikan pisau yang menusuk perih dalam karbu sukma. merindu'..... & merindu, perih.....perih sungguh tak tertahankan. Oleh karenah pisau rindu yang kau tancapkan yang berkantongkan "CINTA". Ku duduk mengadu resa dalam dekapan terangnya bulan yang bercahaya, yang dihiasih bintang yang berwarna-warni. Menambahkan luka batin yg tak terobati. Sebab obanya hanyalah satu, "perjumpaan " itulah obatNya. Untuk berjumpa yang kian menyiksa, perjumpaan yang aku inginkan !!

Namun untuk menjumpaimu tidak semuda membalik telapak tangan. Menghampiri tak semudah kata-kata yang aku rilis dalam keluh kesanku !!! Akan tetapi bagaikan bulan yang menyakitkan dimalam ini !!! yang walaupun memberikan cahaya yang memerangi, namun siapapun manusia tak dapat menggenggam dalam dekapan. Hanyalah memandang dari kejauhan ya mungkin dapat aku lakukan; namun sungguh itu sangatlah menambah perih dalam kerinduanku yang tak mampuh lagi untuk aku tahan lagi.

Bulan dimalam ini' aku coba menatap bersama secangkir kopi yang menemani keluh kesanku, dengan alunan music yang bergema tak juga mampu untuk mengatasi kerinduan didalam kerinduan yang merindu. Malam yang panjang, cahaya bulan yang bercahaya, music yang bergema, secangkir kopi yang pastih, namun tak juga memberikan solusi untuk keluar dari sangkar kerinduan yang menyakitkan.

Malam semakin larut, mata tak dapat memandang jauh oleh karena kabut yang menghampiri hati yang merindu, tubuh semakin gementar kencang karena kedinginan, panasnya secangkir kopipun menjadi sirna' tak berartih lagi.

Terangnya bulan pun tertutup, aku masih tetap merindu. Hari-hariku menjadi suram  !! Seolah -olah tak adalagi kehidupan. Oleh karena hidup yang tak kunjung datang dalam hidup yang merindu.mata tak dapat aku pejamkan  !! menatap bulan dengan tajam dalam kerinduanku, sambil merenung tentang cinta dalam kerinduan dibalik bulan yang bercahaya dan tebaran bintang yang beraneka wara-warni yang menusuk larah.

Renungan tentang cinta yang jauh yang aku rindukan yang juga tak kunjung datang.cinta yang aku yakini bahwa cintaku, dan cintamu, adalah cinta untuk bersama. Sekarang, esok dan selamanya yang tak akan terpisahkan seumur hidup kita. Menanti adalah yang membusankan sebab rinduku pada tahap keterlaluan yang sudah tak tertahankan lagi, dan lagi.

Hanya menatap bulan dengan keyakinan bahwa bulan mewakili aku untuk menatapmu dengan cahayanya, bulan mewakili aku memberikan cahayanya dalam tidurmu yang lelap, bulan akan mewakili aku untuk jauhkan kamu dari bahaya yang datang menghampirimu dengan menunjukkan melalui cahayanya padamu. Dan untuk esok hari aku akan memohon pada sang mentari agar dia menolongku. Cinta aku merindu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun