Mohon tunggu...
Jeanne Noveline Tedja
Jeanne Noveline Tedja Mohon Tunggu... Konsultan - Founder & CEO Rumah Pemberdayaan

Jeanne Noveline Tedja atau akrab dipanggil Nane adalah seorang ibu yang sangat peduli dengan isu kesejahteraan anak dan perempuan, kesetaraan gender, keadilan sosial, toleransi dan keberagaman. Kunjungi website: https://jeannenovelinetedja.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Pornografi bagi Anak

16 September 2017   08:19 Diperbarui: 16 September 2017   10:02 1799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada penghujung Agustus yang lalu saya berkesempatan memberikan sosialisasi mengenai bahaya (kecanduan) pornografi bagi anak, untuk murid-murid SMP di salah satu sekolah menengah pertama negeri di Jakarta. Kalau selama ini saya sering memberikan sosialisasi / advokasi mengenai hak-hak anak kepada para orang tua,  ada baiknya juga apabila saya berinteraksi langsung memberikan sosialisasi dan menumbuhkan kesadaran kepada anak-anak. Dan ternyata acara sosialisasi berlangsung dinamis sekali. 

Di awal presentasi, setelah memperkenalkan diri kepada mereka, saya mengajak mereka untuk menyadari bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa. Dikemudian hari mereka adalah sumber utama angkatan kerja -- dimana berbagai inovasi di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi akan terus berkembang secara dinamis dan sangat bergantung dari kualitas anak-anak masa kini. Merekalah yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa, penggerak roda perekonomian, dan penentu keberlangsungan bangsa ini.

Tidak berhenti disitu, saya lanjut menggugah mereka dengan topik 'bonus demografi'. Bahwa Indonesia akan menjadi negara yang kebagian bonus demografi karena memiliki 'stok' penduduk usia produktif (15 -- 64 tahun) yang jauh lebih banyak dibandingkan negara-negara lain. Negara seperti Jepang, Singapura, Korea, Inggris, AS, Jerman dan Prancis akan dikategorikan sebagai 'super-aged' nation pada tahun 2030, dimana populasi penduduk yang menua (diatas 65 tahun) alias penduduk usia non-produktif mencapai 20% dari total populasi. Sedangkan Indonesia tahun 2020-2030 diprediksi akan mendapatkan bonus demografi di mana penduduk usia produktif sangat besar. 

Artinya dalam kurun waktu 3-13 tahun ke depan Indonesia akan memiliki banyak sekali SDM yang tengah pada puncak usia produktif, dan unggul dari negera-negara lain, karena pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan akan sangat tergantung pada penduduk usia produktif yang menggerakkan roda perekonomian. Namun, bonus demografi hanya bisa dinikmati jika angkatan usia produktif tersebut memiliki kualitas yang baik dari segi kesehatan, pendidikan, dll.  Apa jadinya Negara kita apabila kondisi anak-anaknya saat ini menjadi pecandu narkoba, pecandu pornografi, korban kekerasan seksual, pelaku tawuran dan lain sebagainya. Sampai disini, anak-anak semakin tergugah.

Saya melanjutkan. Anak-anak yang dilahirkan dalam kurun waktu 1995 -- 2012 dikenal sebagai Generasi Z. Tantangan yang dihadapi oleh anak-anak Gen Z ini memang cukup menantang, karena sejak lahir mereka sudah kenal internet. Konsumsi internet Gen Z lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka memiliki resiko terpapar konten pornografi dari media sosial di internet. Menurut data statistik, antara 2010 -- 2014, ada 80 juta anak yang telah mengakses pornografi online, dan jumlahnya terus meningkat. Selain itu, sebanyak 90% anak-anak yang mengakses pornografi online, telah mengawali pengalamannya ketika mereka berusia sekitar 11 tahun, dan mereka mengakses situs-situs porno justru ketika tengah mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Apalagi menurut statistik, saat ini semakin banyak anak-anak korban kecanduan pornografi. Para korban awalnya tidak menyadari bahwa mereka sudah menjadi pecandu. 

Oleh karenanya sangat penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahaya (kecanduan) pornografi sehingga mereka memiliki self-awareness sejak dini. Pornografi merupakan racun yang menimbulkan kecanduan serupa seperti narkoba. Rasa senang yang didapatkan akan memicu untuk melakukan hal yang sama hingga pada akhirnya terikat dan sulit untuk terlepas. Seperti halnya kecanduan narkoba, pecandu pornografi juga mengalami kerusakan otak yang cukup serius, bahkan kerusakan otak yang dialami pecandu pornografi lebih parah daripada kerusakan otak yang dialami pecandu narkoba. 

Pada sebuah studi di Cambridge University, peneliti menemukan struktur otak yang berperan dalam pusat reward otak alias jalur kesenangan pada peminum alkohol sama dengan pecandu pornografi. Kerusakan otak itu juga disebut sama dengan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Dalam kesempatan sosialisasi tersebut saya juga memutar video mengenai bahaya pornografi dan menjelaskan ciri-ciri pecandu pornografi. Harapan saya, setelah memiliki pengetahuan mengenai bahaya pornografi, tumbuh kesadaran diri anak-anak untuk menghindar dari kegiatan mengakses situs pornografi. Orangtua juga wajib untuk selalu mengawasi dan mengingatkan anak-anak.

JNT, September 14, 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun