Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Balada Pekerja Informal: Di Antara Keterbatasan, Kegagalan, dan Kemerdekaan

4 November 2021   10:45 Diperbarui: 4 November 2021   20:47 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tukang cukur sebagai salah satu contoh pekerja informal yang ada di Indonesia. Foto: Kompas.com/Wijaya Kusuma

Kemerdekaan dan Aktualisasi Diri 

“Tekad saya sudah bulat, Pak. Saya ingin meluangkan banyak waktu menemani anak saya yang masih kecil. Kalau uang bisa dicari tetapi keluarga adalah segalanya. Saya tidak mau menyesal di belakangan hari bila terjadi apa-apa dengan pertumbuhan fisik dan jiwa anak saya.” 

Demikian salah satu alasan dari seorang karyawan wanita yang resign dari sebuah perusahaan ternama. Dan kemudian memutuskan berusaha mandiri lewat jualan online. Jenis pekerjaan yang marak dan berkembang layaknya pedagang kaki lima (rumahan), namun kini dijumpai secara virtual lewat kemajuan teknologi.

Ilustrasi Bekerja | Sumber : Shutterstock
Ilustrasi Bekerja | Sumber : Shutterstock
Akhir-akhir ini begitu banyak kasus para pekerja formal memutuskan keluar dari sebuah pekerjaan. Bahkan dari riset dan laporan Work Trend Index 2021 yang berjudul “The Next Great Disruption Is Hybrid Work – Are We Ready?” oleh perusahaan Microsoft sebagai evaluasi penerapan kegiatan pekerjaan work from home selama lebih 1 tahun pandemi Covid-19 menyebutkan bahwa sebanyak 41% para pekerja formal berencana mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini. Bahkan yang mengejutkan justru persentase di Indonesia menyentuh hingga sampai 49% atau di atas kecenderungan para pekerja global. 

Setidaknya alasan mengapa pilihan ini dibuat adalah dikarenakan keinginan fleksibilitas dalam bekerja (daring dan luring) sehingga dapat dilakukan bebas di mana saja atau tanpa meninggalkan rumah/keluarga. 

Tren peningkatan pekerja informal dan maraknya freelancer ini khususnya pada bidang sektor keuangan, digital marketing dan sub sektor teknologi lainnya seakan memberikan kebenaran sebagaimana data BPS atau riset Microsoft di atas.

Pandangan akan adanya keseimbangan bekerja di antara tuntutan produktivitas tinggi tanpa pula harus mengorbankan kebutuhan non materi lainnya adalah menjadi nilai-nilai baru di era ini.

Kemerdekaan finansial dan aktualisasi diri yang disokong oleh kemajuan teknologi telah membuka peluang besar akan hadirnya talenta-talenta baru yang dibutuhkan bagi perusahaan.

Ilustrasi WFH | Sumber : 123RF.COM
Ilustrasi WFH | Sumber : 123RF.COM
Bukan tidak mungkin definisi dan peraturan hukum atas pekerja formal atau informal juga akan direvisi dan beradaptasi terhadap perkembangan digitalisasi yang menyentuh ke semua sektor usaha dalam sebuah perekonomian negara bahkan global. 

Sehingga balada pekerja informal dan sudut pandang terhadap sektor ini akan bergeser dari kurang diminati menjadi pilihan anda dan saya di masa yang akan datang. Sepertinya cepat atau lambat akan menjadi kenyataan.

Tidak Ada Yang Paling Bertanggung Jawab Atas Hidupmu, Kecuali Dirimu Sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun