Semua ini dimulai dari pendidikan. Dan pendidikan terbaik adalah di lingkungan keluarga. Dan keluarga yang paling bertanggung jawab adalah para orang tua. Saya menganalisa bahwa pasca reformasi dengan pendidikan Pancasila yang sedikit tertinggal dalam kurun waktu 23 tahun telah menjadi "produk" negeri ini dengan generasi yang telah menjadi orang tua yang minus pendidikan formal mata pelajaran Pancasila. Tak perlu menuntut banyak pula seberapa besar pengamalan kita sebagai seorang Pancasilais. Masalah ini timbul karena sulitnya kita membedakan antara ideologi berbangsa dan beragama. Yang menurut pandangan pribadi saya sepatutnya saat berbicara agama tidak diumbar di ruang publik karena sangat sakral di ruang keimanan sehingga menjadi sebuah hubungan privasi antara pribadi dengan Tuhan.
Hal yang merparah kondisi juga adalah kala kita memperdebatkan bahwa Pancasila gagal sebagai dasar negara dengan kegagalan negeri ini menciptakan masyarakat adil makmur, memberantas penyakit kronis Korupsi-Kolusi-Nepotisme, dan sederetan pekerjaan rumah lainnya. Namun apakah semua ini menyebabkan negeri ini dan kita sebagai warga negara menyerah dan tidak memiliki identitas diri yang autentik seperti Pancasila? Semua berpulang kembali kepada kita dengan mencoba yang terbaik membawa keajaiban Pancasila kembali terpatri sebagai ideologi.Â
Ingatlah Sang Garuda yang memiliki 5 logo di dada yang mencengkram erat secarik kertas bhineka tunggal ika sebagai sebuah perjuangan yang berdarah-darah dan penuh air mata. Mari jangan kita sia-siakan.
"Selamat Hari Lahir Pancasila"
Medan, 1 Juni 2021