Aku membenci kematian namun mengapa itu yang menjadi tujuanmu,
Tidak adakah kata selain mengulurkan tangan dan hati yang berlapang dada,
Amarahmu dengan dendam membara mengguncang seluruh isi kota menyisakan cemas,
Iring-iringan mesin baja beriringan pencabut nyawa melontarkan api menghiasi udara,
Semua berlari entah kemana berharap dinding menjadi tameng pelindung luka tiada tara,
Mengapa manusia dengan gagah tercipta untuk mendera?
Melukai yang satu dan yang lain korban mati dengan sia-sia?
Sudahi itu doa dan sujud kami pada Dia yang juga turut menangis terisak,
Menyesali semua apa yang telah engkau rusak dan retak,
Busur panahNya siap datang bergerak menyentak derita penuh remuk redam,
Disanalah nanti engkau kan lihat betapa semua akan jatuh hitam legam,
Tak terluput semua dosa yang telah engkau tabuhkan bersama malam,
Tinggal diam menyisakan air mata sunyi yang mendalam derita kelam.
Medan, 15 Mei 2021